Kementerian LHK – Kemenpar Sepakat Kembangkan Wisata Alam

rri.co.id- KBRN, Jakarta : Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bersama Menteri Pariwisata menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait percepatan aktualisasi destinasi pariwisata alam (nature), yang dinilai memiliki potensi wisata terbesar selain budaya (culture), dan buatan manusia (manmade).

Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dan Menteri LHK, yang diwakili Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Tachrir Fathoni, di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (27/10/2015).

Menteri LHK dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen KSDAE, mengungkapkan, sudah sepatutnya seluruh kementerian Kabinet Kerja memiliki gerak dan langkah kolektif mewujudkan pariwisata sebagai sektor unggulan. Tidak hanya pemerintah, melainkan juga semua elemen bangsa baik pemda, swasta, pelaku usaha, dan masyarakat

Dijelaskan, saat ini ada enam taman nasional di Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai The World Heritage Sites. Dua di antaranya ditetapkan sebagai Cagar Biosfer, yakni Taman Nasional (TN) Gunung Leuser dan TN Komodo. Bahkan, TN Komodo juga resmi menjadi salah satu New7Wonders of Nature.

Sedangkan lima taman nasional menyandang predikat tunggal sebagai Cagar Biosfer, yaitu TN Siberut, TN Gunung Gede Pangrango, TN Tanjung Puting, TN Wakatobi, dan TN Lore Lindu.

“Tak ketinggalan, Konvensi Ramsar pun menetapkan tujuh taman nasional kita sebagai Situs Ramsar. Berbagai pencapaian yang kita miliki ini merupakan pengakuan internasional. Seharusnya dapat kita jadikan international branding untuk selanjutnya kita promosikan dalam rangka mewujudkan pariwisata alam yang unggul, sekaligus menjadikannya modal penting untuk mewujudkan pariwisata sebagai sektor unggulan,” papar Menteri LHK Siti Nurbaya.

Sebagai pusat megabiodiversity, imbuhnya, kawasan hutan di Indonesia juga memiliki beragam keunikan dalam bentuk gejala alam yang indah dan mampu menarik minat wisatawan mancanegara maupun nusantara. Misalnya Lautan Pasir (Kaldera) Bromo, Kawah Biru (fenomena alam api biru), Kawah Ijen, dan masih banyak lagi yang lainnya tersebar di 51 taman nasional dan 114 taman wisata alam.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, taman nasional jika semakin dilestarikan maka akan semakin mensejahterakan masyarakatnya.

“Kekuatan pariwisata kita adalah 60 persen culture, 35 persen nature, dan 5 persen manmade. Namun, masing-masing kekuatan itu tidak bisa berdiri sendiri, harus dikombinasi. Dengan demikian akan memberikan hasil optimal,” kata Arief Yahya.

Ia menegaskan kembali bahwa sektor pariwisata adalah penggerak perekonomian nasional. Saat ini, posisi pariwisata sebagai penghasil devisa negara berada di urutan ke-5.

“Namun ke depan, posisi ini akan terus meningkat menggantikan sektor lain seperti minyak dan gas, batu bara, karet, serta tekstil yang memiliki karakter non-renewable,” ujarnya.

Ia mencontohkan wisata tani, di mana nilai jual hasil sawah akan jauh lebih tinggi ketimbang si petani hanya menjual gabahnya.

“Anak-anak sekolah di perkotaan, tak banyak tahu tentang sawah, proses penanaman hingga menjadi padi. Nah, jika ini dikelola dengan lebih pintar melalui wisata tani, tentu nilai ekonomisnya lebih tinggi. Gabah dijual per kilo hanya Rp 5.000 misalnya, tapi dengan wisata tani, si petani bisa mendapatkan Rp 50.000 dari setiap anak yang mengikuti wisata tani ini,” paparnya lagi. (Heri.F/HF)

Sumber : rri.co.id
Tanggal : 27 Oktober 2015