KOMPAS.COM (12/11/2016) | Seorang laki-laki terlihat menulis nama-nama hewan dalam Bahasa Inggris di papan putih. Sementara itu, puluhan anak-anak terlihat tekun menyalin di buku pelajaran dengan lesehan di atas tikar.
Setelah selesai, laki laki yang bernama Hengki Pratama tersebut meminta anak-anak membaca kembali tulisan mereka. “Tiger….. lion…..deer…..bird….monkey….,” kata anak-anak itu bersamaan.
Kegiatan belajar mengajar tersebut bukan di dalam kelas, tapi di hutan pinus yang ada di Desa Sumberbuluh, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Pengajarnya pun bukan guru sekolah, tapi para pemandu wisata yang berada di sekitar lokasi wisata hutan pinus.
“Ini salah satu kontribusi yang bisa kami berikan kepada masyarakat di sini yaitu dengan mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak sekitar sini,” kata Hengky Pratama, pemandu sekaligus pengelola wisata hutan pinus kepada Kompas.com, Sabtu (12/11/2016).
Biasanya kegiatan tersebut berlangsung setiap hari Minggu atau ketika anak-anak pulang sekolah. Tidak ada biaya yang harus dibayar oleh anak-anak tersebut agar bisa belajar bahasa Inggris bersama para pemandu.
“Jika hari Minggu biasanya pagi hari sekitar jam 8 sampai jam 10 pagi. Ada tiga pemandu wisata yang mengajar secara bergantian,” jelasnya.
Anak-anak akan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu yang kelas 1 sampai kelas 3, kelas 3 sampai kelas, 6 dan SMP ke atas. Hengky mengatakan, ia sengaja mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak agar mereka mendapatkan ilmu bahasa baru yang tidak didapatkan di sekolah.
“Ada sebagian dari mereka yang tidak mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di sekolahnya. Nantinya, mereka bisa langsung praktik berbicara dengan para turis asing yang datang ke wisata hutan pinus,” jelasnya.
Awal dimulainya pendidikan di alam terbuka ini pesertanya hanya berjumlah 26 anak. Belum satu bulan, anak-anak yang belajar bertambah mencapai 40 orang dan diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah karena mereka mengajak teman-temannya untuk bergabung.
“Ke depannya kami bukan hanya mengajarkan bahasa Inggris tetapi juga keterampilan dan kerajinan dari bahan-bahan alami seperti ranting, dahan pohon, daun, biji pinus, dan lain-lain yang nantinya bisa dijual jadi cinderamata,” jelasnya.
Luky Apriansyah, siswa kelas 6, salah satu peserta yang ikut belajar bahasa Inggris, kepada Kompas.com mengaku, awalnya dia main dengan rekan-rekannya di wisata hutan pinus, lalu ditawari untuk belajar bahasa Inggris.
“Mau aja diajari soalnya di sekolah enggak ada bahasa Inggris. Belajar di sini juga enak adem nggak kayak di kelas,” katanya sambil tertawa.
Wisata Hutan Pinus Songgon sendiri berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Banyuwangi, menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Banyuwangi yang berada di bawah kaki Gunung Raung. Kawasan ini dikelola oleh Perhutani dan Lembaga Masyarakat Desa hutan di sekitar Desa Sumberbuluh.
Sumber : kompas.com
Tanggal : 12 November 2016