BANJARMASIN, KOMPAS.com – Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, salah satu penyebab utama kebakaran hutan pada lahan gambut adalah konversi lahan untuk perkebunan yang tidak sesuai dengan sifat lahan gambut.
Menurut dia, diperlukan sosialisasi yang serius oleh pemerintah agar konversi lahan gambut dilakukan secara alami.
“Salah satu upaya pencegahan kebakaran hutan sejak awal adalah program sosio-kultur bagi petani dan pengusaha, di mana penting untuk mengembalikan fungsi gambut secara alami,” ujar Mustoha, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (27/11/2015).
Mustoha mengatakan, selama ini pengusaha dan petani perkebunan selalu memanfaatkan lahan gambut sebagai area perkebunan.
Padahal, lahan gambut semestinya tidak digunakan untuk perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit.
Petani dan pengusaha biasanya memanfaatkan lahan gambut dengan cara yang salah, seperti penebangan yang tidak berkelanjutan, dan teknik membakar untuk pembukaan lahan (land clearing).
“Tidak boleh ada konversi gambut pada jenis perkebunan. Seharusnya dibiarkan saja ditanami tanaman-tanaman hutan secara alami,” kata Mustoha.
Menurut dia, cara terbaik untuk mencegah kebakaran di lahan-lahan gambut adalah dengan mengkonservasi gambut dalam keadaan alaminya.
Misalnya, dengan memberikan perhatian khusus terhadap pengelolaan air yang baik, pemanfaatan lahan yang sesuai, dan pengelolaan hutan yang lestari.
Sebelumnya, dalam peringatan Hari Menanam Indonesia di Taman Hutan Rakyat, Kalimantan Selatan, Presiden Joko Widodo meminta pembuatan sekat dan kanal-kanal air di lahan gambut tetap dilakukan meski kebakaran hutan sudah berhenti.
Menurut Jokowi, sistem pengairan yang baik di lahan gambut, dapat mencegah kebakaran hutan yang sulit dikendalikan pada musim kemarau.
Tanggal : 27 November 2015
Sumber : Kompas.com