Kredit BNI ke Agribisnis Mencapai 9,93 Triliun Rupiah

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) terus mendorong kredit untuk sektor agribisnis. Komitmen perseroan menyalurkan kredit ke agribisnis dikarenakan BNI merupakan satu dari delapan sektor unggulan yang dinilai memiliki prospek bisnis baik dan mendukung peran sebagai agen pembangunan sesuai arah pembangunan ekonorni Indonesia.

“Kita akan terus dorong kredit untuk agribisnis karena prospeknya bagus dan memiliki nilain pelestarian alam. Ini sesuai dengan desain bisnis kita,” kata Dirut BNI Gatot M Suwondo dalam keterangan tertulisnya seusai menandatangani kerja sama dengan Perurn Perhutani di Jakarta, Senin (19/12).

Meskipun volumenya masih di bawah kredit infrastruktur, jumlah kredit untuk agribisnis tumbuh cukup besar di antara delapan sektor industri lainnya. Sampai September, kredit agribisnis BNI mencapai 9,93 triliun rupiah atau meningkat 6,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor kelistrikan tumbuh 45,3 persen dari 7,5 triliun rupiah menjadi 10,9 triliun rupiah, sementara sektor minyak, gas, dan pertambangan tumbuh 42,3 persen dari 7,1 triliun rupiah menjadi 10,1 triliun rupiah.

Industri Furnitur

Dalam kesempatan itu, BNI berkornitmen memberikan fasilitas kredit agribisnis 350 miliar rupiah kepada Perurn Perhutani untuk pengembangan industri furnitur, turunan getah pinus, dan kayu lapis berskala global. “Kami berikan bunga yang baik dengan tenor tiga tahun dan bisa diperpanjang,” kata Gatot. Menurut Gatot, prospek Perhutani cukup baik pada tahun-tahun mendatang. BNI pun dapat melestarikan hutan yang dimiliki oleh Perhutani.

Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto mengatakan fasilitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan investasi produktif Perhutani. Dicanangkan ground breaking dimulainya penyertaan BUMN kehutanan terbesar di Indonesia di PMA industri furnitur yang pabriknya berlokasi di Tegal. Juga pembangunan industri pabrik turunan gondorukem dan terpentin di Pernalang, Jawa Tengah, serta pabrik kayu lapis di Pare, Kediri.  Pemalang dipilih karena lokasi pabriknya dekat dengan sumber bahan baku dan akses ke pelabuhan dan memiliki kapasitas pabrik mencapai 25.000 ton getah pinus per tahun.

Bud/E-10
KORAN JAKARTA:: 21 DESEMBER 2011, Hal, 14

Share:
[addtoany]