Laba Tumbuh 236% di Q2, Perhutani Siapkan World Class Ecopark

MARKETEERS.COM (9/8/2017) | Perusahaan milik negara yang bergerak di sektor kehutanan, Perum Perhutani, berhasil mencatatkan kinerja yang bagus di kuartal kedua tahun ini. Pada periode ini, laba Perhutani berhasil tumbuh 236% bila dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Angkanya melesat dari posisi rugi (-) Rp 383,89 miliar menjadi untung Rp 316,23 miliar.

“Kinerja keuangan yang positif sampai dengan Q2 2017 tersebut karena upaya transformasi bisnis yang dilakukan, ditopang dengan penurunan biaya pokok penjualan dan biaya usaha. Meskipun dari sisi pendapatan juga belum sesuai harapan karena lesunya pasar dunia untuk produk kayu dan gondorukem sebagai andalan bagi Perhutani,” kata Denaldy M Mauna, Direktur Utama Perum Perhutani.

Ia menambahkan, kondisi perusahaan beberapa tahun terakhir menunjukan kinerja yang terus memburuk dari sisi kinerja keuangan, operasional, serta kualitas sumberdaya hutannya. Data statistik lima tahun terakhir (2010–2015) menggambarkan secara objektif kondisi tersebut dan tahun 2016 merupakan tahun tersulit, yang mengharuskan perusahaan bertransformasi dengan cepat bila ingin tetap exist. “Setelah mengemban mandat di perusahaan ini Agustus tahun lalu, saya pun segera melakukan transformasi,” ungkapnya.

Upaya transformasi yang dilakukan meliputi lima, yaitu Situation Analysis, Management Change, Emergency Actions, Business Restructuring, dan Terus mendorong tercapainya kondisi Normal to Growth fokus pada empat aspek utama finance, operation, organization dan culture/people.

Saat ini, Perhutani memasuki tahap ke empat transformasi yaitu restrukturisasi bisnis. Langkah ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu revitalisasi existing business dan new business development. Untuk existing business yang dipertahankan akan dilakukan rebranding ecotourism, sedangkan bisnis yang tidak menguntungkan dikaji ulang, seperti usaha air minum dalam kemasan dan industri kayu.

Perhutani menyiapkan bisnis biomass karena prospek energi terbarukan ini sangat menjanjikan dan ramah lingkungan. Peluang kebutuhan energi terbarukan menggunakan wood pellet di dunia pertumbuhannya sebesar 2,7 juta ton per tahun (2010-2025).

Kebutuhan akan biomass tersebut memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu Ha yang akan menghasilkan 3,2 juta MT woodchips. Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik pertahun atau 1,6 juta MT wood pellet. Artinya, energi biomass dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp 2 triliun per tahun. Kerjasama dengan investor Korea mulai dilakukan Perhutani untuk bisnis biomass ini dengan MoU untuk pengembangan 20.000 Ha beberapa waktu yang lalu.

Belajar dari pengalaman pengelolaan kehutanan di Swedia dan Finlandia, Perhutani akan segera mengembangkan world class ecopark bekerjasama dengan investor dari Amerika Serikat. Perhutani pun telah menandatangani kesepakatan bersama (memorandum of understanding) tiga pihak antara Perum Perhutani dengan BUMN Pengembang Destinasi Pariwisata Indonesia dan perusahaan pengembang property multinasional Amerika Serikat yang memiliki pengalaman membangun theme park. Kerjasama tersebut untuk rencana mengembangkan wisata di kawasan Bogor seluas 600 ha dengan investari minimal US$ 1 miliar.

Saat ini, Perum Perhutani mengelola 236 lokasi wisata alam di dalam kawasan hutan. Beberapa di antaranya tengah dilakukan rebranding produk, pelayanan dan pengelolaannya untuk meningkatkan kualitas sesuai standar usaha wisata dunia.

Sumber : marketeers.com

Tanggal : 9 Agustus 2017