Lima Tahap Pembuatan Bibit

Selain memperbanyak jati berlian dengan menggunakan teknik kultur ja ringan, peneliti LIPI menciptakan varietas baru, yaitu jati platinum. Varietas baru ini telah diuji coba sejak 2007.

“Tapi menunggu tes mutasi di Badan Tenaga Nuklir Nasional,“ kata Utami Nugraheni, anggota staf laboratorium kultur jaringan sel dan tumbuhan bidang botani Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Utami mengatakan setidaknya ada lima tahapan yang ha rus dilakukan untuk memperbanyak bibit jati berli an atau jati platinum. Per ba nyakan dilakukan secara vege tatif de ngan menggunakan teknik kultur jaringan.
Tahap pertama, yakni penanaman tunas pada medium kultur jaringan. Tunas yang diperoleh dari pohon induk jati berlian ditanam secara in vitro. Proses ini berlangsung di dalam laboratorium tanam atau transplantasi dan dilakukan di dalam ruangan steril.
Tunas ditanam pada medium agar semi-solid yang ditempatkan di dalam botol selai yang sebelumnya telah disterilkan dengan autoklaf, lalu ditutup rapat dengan plastik. Medium semi-solid berisi agar-agar yang dicampur unsur makro dan mikro yang berfungsi se ba gai faktor pertumbuhan tu nas.
Unsur itu ibarat zat hara dan pupuk bagi tanaman. Unsurunsur yang diberikan, antara lain natrium (N), potasium (P), dan kalium (K).
Dalam sehari, setidaknya ada dua petugas yang menanam tunas pada medium. “Se orang petugas dalam satu hari sa ya targetkan 100 botol,“ ujar Utami. Setiap botol selai ditana mi 6 tunas jati.
Pada tahapan ini, tunas jati dirawat selama satu bulan hingga menjadi bibit setinggi sekitar 10 sentimeter dan me miliki 4 5 ruas. Tiap-tiap ruas mengandung tunas baru.
Selanjutnya calon bibit disubkultur, yakni dipotong per ruas untuk diambil tunas barunya. Tahap berikutnya adalah penanaman tunas baru hasil perbanyakan tahap pertama pada medium semi-solid. Pada tahap ini, rekayasa genetik dilakukan untuk menghasilkan varietas jati platinum dengan meradiasi sejumlah tunas. Tunas yang mampu bertahan hidup dan terus tumbuh dipisahkan.
Tunas-tunas inilah yang menjadi cikal bakal bibit jati platinum.
Tahap pertama dan kedua dapat dilakukan berulangulang, bergantung pada banyaknya bibit jati yang ingin diproduksi. Jika ingin memproduksi bibit jati berlian, prosesnya tanpa disertai radia si. Begitu juga sebaliknya jika ingin memproduksi bibit jati platinum.
Proses berlanjut ke tahap ketiga, yakni pemindahan bibit jati ke ruang aklimatisasi. Dari ruang kultur, bibit terlebih dulu dibawa untuk proses adaptasi selama 1-2 pekan. Proses adaptasi dilakukan di green house dengan suhu ruangan sebesar 28 derajat Celsius.
Selain memperbanyak jati berlian dengan menggunakan teknik kultur ja ringan, peneliti LIPI menciptakan varietas baru, yaitu jati platinum. Varietas baru ini telah diuji coba sejak 2007.
“Tapi menunggu tes mutasi di Badan Tenaga Nuklir Nasional,“ kata Utami Nugraheni, anggota staf laboratorium kultur jaringan sel dan tumbuhan bidang botani Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Utami mengatakan setidaknya ada lima tahapan yang ha rus dilakukan untuk memperbanyak bibit jati berli an atau jati platinum. Per ba nyakan dilakukan secara vege tatif de ngan menggunakan teknik kultur jaringan.
Tahap pertama, yakni penanaman tunas pada medium kultur jaringan. Tunas yang diperoleh dari pohon induk jati berlian ditanam secara in vitro. Proses ini berlangsung di dalam laboratorium tanam atau transplantasi dan dilakukan di dalam ruangan steril.
Tunas ditanam pada medium agar semi-solid yang ditempatkan di dalam botol selai yang sebelumnya telah disterilkan dengan autoklaf, lalu ditutup rapat dengan plastik. Medium semi-solid berisi agar-agar yang dicampur unsur makro dan mikro yang berfungsi se ba gai faktor pertumbuhan tu nas.
Unsur itu ibarat zat hara dan pupuk bagi tanaman. Unsurunsur yang diberikan, antara lain natrium (N), potasium (P), dan kalium (K).
Dalam sehari, setidaknya ada dua petugas yang menanam tunas pada medium. “Se orang petugas dalam satu hari sa ya targetkan 100 botol,“ ujar Utami. Setiap botol selai ditana mi 6 tunas jati.
Pada tahapan ini, tunas jati dirawat selama satu bulan hingga menjadi bibit setinggi sekitar 10 sentimeter dan me miliki 4 5 ruas. Tiap-tiap ruas mengandung tunas baru.
Selanjutnya calon bibit disubkultur, yakni dipotong per ruas untuk diambil tunas barunya. Tahap berikutnya adalah penanaman tunas baru hasil perbanyakan tahap pertama pada medium semi-solid. Pada tahap ini, rekayasa genetik dilakukan untuk menghasilkan varietas jati platinum dengan meradiasi sejumlah tunas. Tunas yang mampu bertahan hidup dan terus tumbuh dipisahkan.
Tunas-tunas inilah yang menjadi cikal bakal bibit jati platinum.
Tahap pertama dan kedua dapat dilakukan berulangulang, bergantung pada banyaknya bibit jati yang ingin diproduksi. Jika ingin memproduksi bibit jati berlian, prosesnya tanpa disertai radia si. Begitu juga sebaliknya jika ingin memproduksi bibit jati platinum.
Proses berlanjut ke tahap ketiga, yakni pemindahan bibit jati ke ruang aklimatisasi. Dari ruang kultur, bibit terlebih dulu dibawa untuk proses adaptasi selama 1-2 pekan. Proses adaptasi dilakukan di green house dengan suhu ruangan sebesar 28 derajat Celsius.
Bibit tersebut selanjutnya diaklimatisasi ke bak berisi tanah yang dicampur pupuk plus ditutup rapat dengan plastik. Proses berlangsung se lama satu bulan. “Medium tanah pada tahap ini direbus dulu selama 4 jam untuk sterilisasi,“ ujar dia.
Sebelum ditanam dalam polybag, bak aklimatisasi terlebih dulu dibiarkan terbuka selama 3-4 hari. “Kemudian dikeluarkan dari bak dan ditanam di polybag,“ ujar Utami.
Tahap keempat adalah penanaman bibit jati ke dalam polybag berisi campuran tanah dengan pupuk. Bibit jati ini ditanam di bawah naungan hingga dua bulan. Selanjutnya bibit dipindahkan ke tempat terbuka dan terpapar sinar matahari agar cepat berkayu.
Tahap kelima, yakni bibit siap ditanam di kebun atau di lapangan. Utami mengatakan, jika sudah ditanam di kebun, pohon jati berlian dan jati platinum susah dibedakan. Sebab, keduanya memiliki ciri dan keunggulan hampir sama.
LIPI belum meneliti secara terperinci perbedaan keduanya.
Hanya, ia mengatakan pertumbuhan jati platinum jauh lebih cepat ketimbang jati berlian.
Untuk mengetahui perbedaannya, bibit setiap varietas harus dilabeli sejak tahap produksi di laboratorium. Pohon jati berlian dalam waktu tiga tahun dapat tumbuh setinggi 10 meter dengan batang setinggi dada dan diameter sebesar 20 sentimeter. Diameter batang pohon ber umur 5 tahun dapat mencapai 36 sentimeter.
“Umur 6 tahun, pertumbuhan sudah mentok setinggi 10 meter. Tinggal pertumbuhan ke samping atau membesar,“ ujar Utami.
Jati berlian biasanya siap panen pada umur 8 tahun, ketika diameter batangnya se besar setengah meter.
Bibit tersebut selanjutnya diaklimatisasi ke bak berisi tanah yang dicampur pupuk plus ditutup rapat dengan plastik. Proses berlangsung se lama satu bulan. “Medium tanah pada tahap ini direbus dulu selama 4 jam untuk sterilisasi,“ ujar dia.
Sebelum ditanam dalam polybag, bak aklimatisasi terlebih dulu dibiarkan terbuka selama 3-4 hari. “Kemudian dikeluarkan dari bak dan ditanam di polybag,“ ujar Utami.
Tahap keempat adalah penanaman bibit jati ke dalam polybag berisi campuran tanah dengan pupuk. Bibit jati ini ditanam di bawah naungan hingga dua bulan. Selanjutnya bibit dipindahkan ke tempat terbuka dan terpapar sinar matahari agar cepat berkayu.
Tahap kelima, yakni bibit siap ditanam di kebun atau di lapangan. Utami mengatakan, jika sudah ditanam di kebun, pohon jati berlian dan jati platinum susah dibedakan. Sebab, keduanya memiliki ciri dan keunggulan hampir sama.
LIPI belum meneliti secara terperinci perbedaan keduanya.
Hanya, ia mengatakan pertumbuhan jati platinum jauh lebih cepat ketimbang jati berlian.
Untuk mengetahui perbedaannya, bibit setiap varietas harus dilabeli sejak tahap produksi di laboratorium. Pohon jati berlian dalam waktu tiga tahun dapat tumbuh setinggi 10 meter dengan batang setinggi dada dan diameter sebesar 20 sentimeter. Diameter batang pohon ber umur 5 tahun dapat mencapai 36 sentimeter.
“Umur 6 tahun, pertumbuhan sudah mentok setinggi 10 meter. Tinggal pertumbuhan ke samping atau membesar,“ ujar Utami.
Jati berlian biasanya siap panen pada umur 8 tahun, ketika diameter batangnya se besar setengah meter.
 
Media                          : KORAN PAGI / NASIONAL
Nama Media               : KORAN TEMPO
Tanggal                       : Selasa, Januari 17 2012
Penulis                         :
TONE                                     : NETRAL

Share:
[addtoany]