Maksimalkan Lahan Perhutani, Warga Garap 150 Hektar

MALANG-POST.COM (14/01/2019) | Petani kopi kini memiliki produk layaknya emas hitam. Hampir tiap sudut jalan hingga gang sempit ada tempat, warung atau kafe menyediakan kopi dengan berbagai jenis dan seduhan.
Kota Batu menjadi salah satu lokasi positif dari menjamurnya warung-warung kopi atau kafe. Lahan pertanian kopi di Kota Batu juga semakin bertambah setiap tahun. Data Dinas Pertanian, sejak 2015 hingga tahun 2018 luas lahan pertanian kopi bertambah.
Tahun 2015, luas lahan pertanian kopi di Kota Batu seluas 109 hektar. 2016 luas lahan menjadi 140,1 hektar dan 2017 hingga 2018 seluas 150,9 hektar. Harga kopi juga semakin tinggi karena kopi sudah menjadi bagian gaya hidup.
Sekretaris Dinas Pertanian Batu, Hendri Suseno mengatakan, semakin bertambahnya lahan kopi berkat kerjasama warga atau Pemkot dengan Perhutani. “Saat ini ada dua tananam perkebunan yang sedang kami gencarkan, yakni cengkeh dan kopi. Keduanya ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki peluang besar dalam pemasaran,” ujar Hendri kepada Malang Post.
Kopi produksi petani Kota Batu ada dua jenis, yakni Arabika dan Robusta. Namun Arabika lebih dominan karena menyesuaikan penanaman di atas 1000 Mdpl.
Tanaman kopi tersebar di Kelurahan Songgokerto, Desa Pesanggrahan, Oro-oro Ombo, Sumbergondo, Bulukerto, Tlekung, Torongrejo. Dari daerah tersebut, produksi kopi didapat petani atau kelompok tani.
Ketua Unit Pengolahan Hasil Kopi Kelompok Tani Margojoyo, Pesanggrahan, Kecamatan Batu, Abdul Rosul mengatakan, kelompoknya memproduksi kopi dan sudah dijual ke area Malang Raya.
“Ada 18 petani menanam kopi di lahan perhutani seluas 20 hektar. Rata-rata, petani ini menghasilkan dua ton pertahun,” pungkasnya.

Sumber : malang.post.com

Tanggal : 14 Januari 2019