Antara Jatim, Surabaya – Muntono (46), demikian nama mandor teladan di lingkungan Perum Perhutani ini. Sebuah nama sederhana, sesederhana hidup yang dilakoninya saat ini. Meski telah mengabdikan diri selama 16 tahun di Perhutani, tidak membuat hidup Muntono bergelimang harta. Dia hingga saat ini masih tinggal di rumah babakan atau lebih tepat disebut gubuk kerja di hutan. Dia tidak pernah merasakan empuknya kasur saat tubuhnya mulai lelah, hanya tempat tidur kayu berukuran kecil dengan tikar anyaman yang dibalut kelambu usang sebagai pengantar mimpinya.
Rumah babakan yang ditempati Muntono berdinding kayu yang sudah berlubang-lubang. Atap dan gentingnya sudah mulai renggang sehingga mudah sinar matahari menerobos ke dalam rumahnya. Rumah tanpa aliran listrik dan air bersih itu pun masih berlantai tanah. Tidak ada televisi apalagi perabotan-perabotan rumah yang istimewa. Bahkan, di pojok ruangan ada gundukan pasir bekas bangunan jalan yang dikumpulkan istrinya, “Pasir ini rencananya saya pakai untuk merabat lantai, tapi belum ada uang lebih untuk membeli semen, apalagi memperbaiki rumah ini,” kata Muntono.
Selama 16 tahun Muntono hidup di rumah babakan itu bersama anak dan istrinya. Kini anaknya yang menginjak usia remaja bersekolah di madrasah di daerah Tuban. Ketika musim liburan sekolah tiba, saat putri semata wayangnya itu pulang ke rumah, Muntono dan istrinya merasa sedih karena hanya ada satu tempat tidur kayu. Jika demikian, sang bapak mengalah tidur di kursi kayu panjang di ruang tamu.
Sebenarnya Muntono memiliki rumah sendiri di daerah Perbon sebelum bekerja sebagai Mandor, namun kondisi rumahnya hampir sama dengan babakannya, berdinding kayu dan berlantai tanah dan saat ini ditempati orangtuanya. Ia teringat petuah almarhum kakak iparnya yang mengajaknya bekerja sehingga Muntono memilih tinggal di babakan hutan mulai dirinya bekerja hingga sekarang ini.
Sebelum bekerja di Perhutani, Muntono muda memiliki kenangan indah saat ikut seorang Mantri/KRPH Wangon bernama Kasmad (Alm) pada tahun 1990-an. Selama ikut dan membantu menjaga ternak sapi milik Kasmad, dia mendapat bagi hasil dari anak sapi yang dirawatnya hingga bisa membeli rumah kecil di daerah Perbon, Tuban.
Kenangan bersama Kasmad (Alm) itulah yang diingatnya hingga kini. Bahkan saat keinginannya menjadi mandor diungkapkan kepada Kasmad yang kala itu sebagai Mantri Wangon, langsung mengiyakan karena Muntono dianggap penuh kesungguhan dan seorang yang jujur dan rajin dalam bekerja, kata istrinya yang juga adik Kasmad (almarhum) yang dinikahi Muntono.
Antara Jatim | 10 Desember 2013 | 07.30 WIB