Mati Suri, Tentara Ini yang Hidupkan Kopi di Jabung

MALANGTIMES, MALANG (15/9/2016) | Siapa yang tidak tahu kualitas Java Coffee Kabupaten Malang. Zaman dulu, penggemar kopi di dunia tahu bahwa Kabupaten Malang inilah pusat penghasil Java Coffee terbaik. Dari era Kolonial hingga 1990 an, Jabung terkenal sebagai sentra penghasil kopi terbaik, baik itu jenis robusta maupun arabika.Hanya saja, setelah itu, kopi di Jabung mati suri. Lahan-lahan kopi yang dulunya tersebar, kini berubah menjadi area pertanian sayur-sayuran. Kalaupun ada pohon kopi, itu hanya menjadi penanda bahwa di Jabung pernah ditanam buah merah penghasil minuman hitam tersebut.

Adalah Sertu Heri Purnomo yang mempunyai peran penting menghidupkan aura kopi di Jabung. Awalnya, anggota Babinsa Koramil Jabung ini niatnya hanya melakukan penghijauan saja. Dia sangat prihatin melihat banyaknya hutan Jabung yang gundul-dul akibat pembalakan liar di awal era Reformasi dahulu.

Namun, sebelum melakukan penghijauan, dia melakukan pemetaan terlebih dahulu. Agar tanaman yang ditanam bisa tumbuh subur. Sehingga bisa melindungi lahan dari bencana longsor.

Akhirnya dipilihlah kopi. Alasannya, kopi ini dulunya pernah jaya di Jabung. Bahkan, Jabung terkenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di dunia. Kopi jenis arabika memang cocok ditanam di Jabung yang sebagian wilayahnya berada 1.000 meter di atas permukaan laut.

Dipilihlah lahan hutan Perhutani untuk ditanami kopi. Ternyata, hasilnya luar biasa. Usaha kerasnya yang dimulai sekitar empat sampai lima tahun lalu, mulai membuahkan hasil. Kopi merah kini menghiasi Desa Taji, salah satu desa di Kecamatan Jabung.

Para petani kopi yang tertidur, kini mulai meniru jejak anggota TNI tersebut. “Sebenarnya nenek moyang di Desa Taji itu mayoritas petani kopi. Karena itu, saya menggandeng petani kopi, Perhutani, serta dinas pertanian dan perkebunan untuk mengembalikan ruh perkebunan kopi,” terangnya.

Dia mempunyai keyakinan, kopi di Jabung akan bisa bangkit lagi. Apalagi, bila setiap elemen yang ada di Kabupaten Malang bersatu padu untuk fokus mengembalikan kejayaan Java Coffee.

“Sayang sekali kita punya tanah yang bagus untuk pertanian tidak dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Kami juga sudah melakukan koordinasi pembentukan kelompok petani kopi untuk kesejahteraan perekonomian,” lanjut Heri.

Saat ini, penghijauan yang digagasnya di lahan hutan sudah ada sekitar 5 ribu pohon kopi. Kini, kopi Jabung sudah mulai panen perdana. “Ternyata produk kopi yang dihasilkan sangat bagus dan punya ciri khas rasa tersendiri,” sambung pria yang tinggal di Wendit, Kecamatan Pakis itu.

Heri menerangkan, di Jabung ada dua kopi yang paling cocok. Yakni kopi jenis arabica KT dan robusta Tugusari. Tapi yang paling cocok adalah Arabika. Dan bila masyrakat mengembangkan arabika, maka penghasilannya juga akan meningkat. Sebab harga kopi arabika dua kali lipat dibanding harga kopi robusta.

Keberhasilan Heri menghidupkan kopi juga sudah diakui Perhutani serta Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang. Kedua instansi tersebut dibuat terkagum-kagum saat melihat ranumnya kopi yang dirintis Heri. Pada Kamis, 15 September 2016, baik Perhutani maupun dinas pertanian dan perkebunan menyaksikan langsung kebangkitan Java Coffee di Jabung.

Petani kopi Jabung mempunyai niat kuat untuk menyusul saudara-saudaranya di Kecamatan Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit. Empat kecamatan tersebut selama ini dikenal sebagai pusat kopi Amstirdam. Di empat kecamatan inilah, kopi-kopi terbaik dunia saat ini ditanam dan dihasilkan.

Petugas Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Jabung, Iman Wahyudi menjelaskan, para petani di daerahnya sangat antusias diberikan penyuluhan untuk mengembangkan perkebunan kopi. Meskipun mayoritas warga Jabung sebenarnya adalah petani sayur-sayuran.

“Kami diberi dukungan untuk mengembangkan kopi oleh Perhutani. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang juga serius mengembangkan kopi. Sehingga warga Jabung saat ini sangat bangga dan menjaga kopinya dengan baik,” jelas Imam.

Dia menjelaskan, bila melihat produk yang dihasilkan, Java Coffee yang ditanam di Desa Taji akan dengan cepat menembus pasar dunia. Karena kopi Taji mempunyai aroma khas.

Sedangkan Ketua Kelompok Tani Kartika II, Desa Taji, Jabung, Wagiyo menambahkan, saat ini anggota sangat nersemangat mengembangkan kopi. Para petani di Jabung akan memulai pertanian kopi dengan standar internasional, mulai dari proses penanaman, pemeliharaan, hingga proses panen. “Saya berharap produk kopi Desa Taji lebih maju, dan punya keunggulan rasa lokal yang berbeda dengan kopi-kopi lainnya,” ujar Wagiyo.

Tanggal : 15 September 2016
Sumber : Malangtimes.com