Melalui PHBM, LMDH Wono Lestari Burno, Minimal Hasilkan Rp. 4,6 Milyar Setahun

JATIMTIMES.COM (25/10/2017) | Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (PHBM) di desa Burno Kecamatan Senduro Lumajang ternyata mampu menghasilkan pendapatan bagi masyarakat dalam jumlah yang cukup besar. Tercatat dalam setahun minimal menghasilkan Rp. 4,6 M untuk 476 anggotanya.

Waka ADM Perhutani di Lumajang Muchlisin, S.Hut kepada media ini mengatakan, 476 warga yang tergabung dalam Kelompok LMDH Wono Lestari memanfaatkan kawasan hutan produktiv dibawah pengelolaan Perum Perhutani tetap melakukan penanaman berbagai komoditi pertanian yang bernilai jual tinggi, disela-sela tanaman hutan.

Luas lahan yang dimanfaatkan dalam program ini seluas 946 hektar, sehingga perorang bisa mengelola kurang lebih seluas 2 Ha dengan beberapa tanaman yang berbeda.

“Mereka menaman pisang kirana yang nilai jualnya cukup tinggi, ada yang menanam jagung dan rumput gajah dipadukan dengan tanaman kehutanan seperti Damaran dan lain-lain. Dari produk utama saja, belum kami hitung dengan produk turunannya, masyarakat bisa menghasilkan Rp. 4,6 milyar dalam setahun,” kata Muhlisin S. Hut.

Adapun jika dihitung secara rinci, jumlah Rp. 4,6 miilyar selama setahun tersebut, jika dibangi kepada 476 anggota, tiap anggota mendapatkan Rp. 9,6 Juta lebih dalamsetahun, atau setara dengan Rp. 800 ribu lebih perbulan.

“Penghasilan ini cukup menyokong pendapatan petani setempat melalui PMDH, karena kami memang berharap agar keberadaan hutan dikawasan itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Ini yang sebut, lahannnya tidak usah dimiliki, tapi dapatkan penghasilannya,” kata Muchlisin lagi.

Bahkan melalui pembinaan yang intens Perhutani berharap ada proses pengolahan lanjutan dari berbagai produk yang dihasilkan, sehingga memberikan penghasilan yang lebih tinggi. Misalnya diibuat kripik pisang, pengolahan pakan ternak untuk mensupport usaha ternak sapi susu yang banyak berkembang di Senduro dan sekitarnya.

“Itu juga kedepan yang akan kita kembangkan, sehingga selalu ada dinilai tambah dari produk awal yang dihasilkan, dan petani kita sebenarnya mampu untuk itu,” jelas Muchlisin lagi.

Sumber : jatimtimes.com

Tanggal : 25 Oktober 2017