Mengalir dari Kaki Hutan Lindung

Radar Bojonegoro, Bojonegoro – NGANGET hanya berjarak sekitar 10kilometer (km) arah tenggara pusat Kota Tuban. Dari jalan nasional Tuban-Babat, sumber air ini hanya berjarak sekitar 3km dari pertigaan Pakah. Dari KM 3-4 jalan Pakah-Bojonegoro, tempat wisata yang berada di lahan Perhutani ini terhubung dengan jalan makadam. Tidak ada papan nama maupun petunjuk menuju sumber air belerang ini. Nganget menjadi pemandian sumber air belerang keenam di Bumi Wali.

Obyek wisata serupa yang lebih dulu eksis, antara lain, sumber air panas di Desa Prataan, Kecamatan Parengan; air belerang di Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan; Nganget, Desa Kedungjambe, Kecamatan Singgahan; Nganget, Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, dan Kalianget di Desa Sumberejo, Kecamatan Widang. Sebenarnya, sumber air belerang ini sudah ada sejak dulu. Hanya, selama ini kondisinya dibiarkan alami dan nyaris tanpa sentuhan. Bibir sendang hanya dikelilingi batu gunung.

Mereka yang mandi langsung menceburkan diri ke dalam sendang ini. Kondisi ini menjadikan mereka yang mandi tidak bisa menikmati air belerang yang bersih karena tidak ada sirkulasi atau pergantian air. Kini, sendang air belerang ini dikelilingi plengsengan. Untuk mandi, pengunjung cukup masuk dalam bilik kamar berdinding tembok di utara sendang. Bilik ini tanpa atap. Di tempat ini terdapat dua kolam kecil untuk pria dan dua kolam lainnya untuk wanita. Konstruksinya mirip sumber air serupa di Prataan.

Bedanya, kucuran air di Prataan diatur dengan keran untuk mengalirkan dan mematikan. Sementara di Nganget, Sumberagung kolamnya senantiasa dialiri air dari sumber belerang. Air dalam kolam ini terus berganti karena dilengkapi saluran pembuang. Ini yang menjadikan air selalu baru. Air belerang di tempat wisata ini hangat kuku. Namun, aroma sulfurnya cukup menyengat.

Kepala Dusun Ngayung, Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang, Ika Ambarwati, 23, mengatakan air yang keluar dari sumber air belerang ini dulunya sangat kecil. Warga kemudian gotongroyong memperlebar. ‘’Sekarang, sumber airnya deras,’’ kata dia didampingi Pj kades setempat Nahrul Ulum.

Nahrul berharap sumber air belerang yang dikelola desa tersebut bisa menjadi salah satu aset wisata di Tuban. Sehingga, pemerintah desa setempat mendapat pemasukan dari retribusi. Bukan hanya itu. Ekonomi warga sekitar juga bisa terangkat dengan tumbuhnya sektor perdagangan dan jasa lainnya. (ds/wid)

Air Bisa Berubah Empat Warna

PEMANDIAN sumber air belerang di Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang punya sejumlah kekhasan yang tidak dimiliki pemanding sejenis. Salah satunya, pemandian ini berlatar belakang hutan lindung di wilayah pemangku hutan BKPH Sundulan, KPH Tuban. Hutan yang lebat ini tak hanya asri.

Namun, juga berpohon besar. Sambil menikmati hangatnya air belerang, pengunjung bisa menikmati suasana hutan yang terjaga ekosistemnya. Kekhasan lain dari sumber air belerang ini adalah warna air yang tertampung pada sendang. Pj Kades Sumberagung, Nahrul Ulum mengatakan, setiap periode tertentu air belerang yang tertampung di sendang berubah warna. Setahu dia, ada empat warna. Hijau, ungu, keputih-putihan, dan kemerah-merahan. ‘’Itu tergantung kondisi alam. Sekarang ini, misalnya, airnya terlihat hijau,’’ kata dia.

Meski berubah warna, kandungan sulfur yang keluar dari sumber air ini tidak berubah. Begitu juga suhu airnya. Ria, salah satu warga setempat mengatakan, sebagian besar pengunjung Nganget adalah warga setempat. Namun, sekali waktu warga dari luar kota seperti Bojonegoro dan Lamongan juga datang. Sebagian besar tidak bertujuan rekreasi. Namun, untuk terapi beragam penyakitnya. Mulai dari gatal, rematik, darah tinggi, hingga stroke. ‘’Sebagian merasa cocok dan banyak yang kembali,’’ tandas dia. (ds/wid)

Radar Bojonegoro | 17 Januari 2014 | Hal. 36

Share:
[addtoany]