Menhut: Myanmar Belajar dari Indonesia

JAKARTA (Suara Karya): Myamar ingin belajar mengelola kawasan hutan dari Indonesia. “Mereka (Myanmar) ingin belajar seperti kita, bagaimana mengelola kawasan hutan, konsesi, dan mengembangkan hutan tanaman,” tutur Menteri Kehutanan RI Zulkifli Hasan, usai pertemuan bilateral dengan Menteri Konservasi dan Kehutanan Myanmar, HE U Win Tun, di Jakarta, Senin (5/5).
Lebih lanjut dijelaskannya, ketertarikan Myanmar belajar pada Indonesia soal hutan karena kondisi alam yang hampir sama. Myanmar dan Indonesia, imbuh-nya, hampir sama lingkungan alamnya.
Selain itu, hubungan kedua negara juga sangat dekat. “Saya ingin sekali di sektor kehutanannya juga mendukung,” katanya. Disebutkannya, selama ini Myanmar belum mengembangkan hutan kayu tanaman, hanya pengembangan hutan kayu alam.
”Ini merupakan peluang yang perlu kita kembangkan, tentu memberikan kontribusi kepada pembangunan. Saya ingin sekali sektor kehutanan lebih dekat dijalin kerja samanya,” tutur dia.
Di sisi lain, Menhut juga mengajak Menteri HE U Win Tun atau perwakilannya, untuk mengunjungi industri kayu di Pulau Jawa. ”Mereka belum tahu cara mengelola kawasan, sistemnya bagaimana, saya ajak untuk melihat pengelolaan oleh Perhutani,” jelas dia.
Seperti diketahui, saat ini industri pengolahan kayu mencapai lebih dari 300 perusahaan di Pulau Jawa, dan 20 persen kawasan hutannya harus dikelola oleh masyarakat lokal, termasuk pada lahan-lahan kritis. Dinyatakan Menhut, pihaknya memberikan akses legal tanah dan bunga yang rendah kepada masyarakat lokal.
Karenanya, Menhut juga berharap adanya investasi oleh masyarakat lokal di Myanmar untuk mengelola hutan tersebut. Namun, dia mengakui bahwa rencana investasi tersebut terbentur dengan sistem yang belum dibentuk di Myanmar.
”Investor-investor kita tertarik, cuma kurang tahu mulainya dari mana karena sistemnya belum seperti kita, ini yang perlu kita perhatikan,” ungkapnya.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Menteri HE U Win Tun menyampaikan, biodiversity yang ada di Indonesia akan diadopsi oleh Myanmar. ”Hal ini sangat penting seperti yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mempromosikan industri ramah lingkungan dan menjaga biodiversity,” katanya.
Dia juga menyebutkan bahwa saat ini pihaknya sedang mengurangi penebangan hutan dan sudah mencapai 50 persen. Saat ini, lanjut dia, area hutan sudah mencapai 47 persen dan lima persen area konsesi.
Sumber  :  Suara Karya, Halaman 6
Tanggal  :  6 Mei 2014

Share:
[addtoany]