Menikmati Indahnya Merbabu dan Rawapening dari Gardu Pandang Sipakung

gardu-pandang-sipakung-hasil-gotong-royong-warga-setempat_20170222_194905TRIBUNNEWS.COM (23/2/2017) | Semenjak berlabel desa wisata di tahun 2015, Sepakung menunjukkan pesonanya dua tahun kemudian. Pertengahan Februari 2017, satu wahana wisata alam pun dibuka secara patungan. Ya, tanpa dukungan dana pemerintah daerah alias swadaya desa. Gardu Pandang Sepakung yang berada di Dusun Jingkol, Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Ide itu tak muncul seketika dari langit. Kepala Desa Sepakung, Ahmad Nuri mengatakan konsep wahana tersebut adalah buah inspirasi wisata alam Kalibiru di Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Saya lihat Kalibiru di Instagram. Kok bagus. Mulailah kami buat,” ujarnya, Sabtu (18/2/2017) malam.

Ahmad tak sendiri. Niatnya diamini 27 muda-mudi karang taruna. Mereka berpatungan dua batang bambu untuk membangun Gardu Pandang Sepakung. Pengerjaan pun secara gugur gunung, khas pedesaan.

Lokasi yang dipilih adalah bukit pinus di Dusun Jingkol. Area itu biasanya dimanfaatkan warga desa sebagai sumber pakan ternak. Istilahnya ngarit. Perbukitan itu adalah hutan lindung milik Perhutani Jawa Tengah.

Pengerjaan Gardu Pandang Sepakung purna dalam 21 hari. Bentuknya susunan bambu menyerupai balkon berukuran 4×1,5 meter. Tanpa atap dan dinding.

“Gardu Pandang Sepakung kami resmikan hari Minggu (19/2/2017),” terangnya.

Kali pertama melihat bangunan itu, terkesan reyot dan rapuh. Setelah dipijak, 10 hentakan kaki pun tak akan mudah meruntuhkan susunan bambu itu.

“Ketinggian lokasi ini capai 1100 meter di atas permukaan laut,” ungkap Ahmad.

Gardu Pandang Sepakung diposisikan menghadap timur. Pengunjung bermata telanjang dapat melihat lanskap Rawapening. Di sisi selatan, tampak gunung Merbabu. Arah tenggara hingga utara adalah hamparan perkotaan Salatiga, Ambarawa dan Ungaran.

Tarif tiket masuk Gardu Pandang Sepakung hampir sepadan satu gelas es teh manis. Tiap orang dibanderol tiket Rp 3000. Menurut Ahmad, tarif itu termasuk asuransi.

“Kami bagi untung dengan Perhutani. Prosentasenya 70 untuk warga desa, 30 untuk Perhutani,” tuturnya.

Disediakan pula pujasera dan area parkir di bagian kaki bukit. Jarak antara pos tiket dengan gardu pandang sekitar 50 meter. Pengunjung tinggal menaiki 98 anak tangga tanah menuju lokasi.

Bagi pecinta sunrise, sangat direkomendasikan tiba di lokasi saat subuh. Transisi dini hari menuju pagi di lokasi itu menakjubkan. Pengunjung dapat menikmati matahari terbit dari horizontal Kota Salatiga.

“Kami menyediakan fasilitas penginapan. Tarif Rp 100 ribu untuk dua hari satu malam,” beber Ahmad.

Berdekatan dengan Gardu Pandang Sepakung, ada wisata tambahan yakni Watu Cengul. Obyek itu merupakan titik favorit pecinta swafoto. Pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang lanskap persawahan dari ketinggian serupa gardu pandang.

Jarak penginapan ke area gardu pandang sekitar 200 meter. Lebar jalan tiga meter, berkontur bebatuan.

Gardu pandang itu berlokasi di Dusun Jingkol, Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Angkutan umum yang tersedia hanya ojek, di kawasan Pasar Kebumen, Banyubiru. Tarif ojek dari pasar menuju lokasi mulai Rp 25 ribu.

Bila dari Ambarawa, ambil Jalan Pemuda ke arah selatan menuju Banyubiru. Jarak Ambarawa ke Desa Sepakung sekitar 14 kilometer, atau rata-rata waktu tempuh 34 menit.

Sumber: tribunnews.com

Tanggal: 23 Februari 2017