Menikmati wisata unik kampung kitiran di Lipakgombong Purbalingga

MERDEKA.COM (07/08/2018) | Kampung Kitiran (baling-baling bambu atau kincir-red) menjadi bagian daya tarik wisata di Dusun Lipakgombong, Desa Karangjengkol, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga.

Enam puluh kitiran berukuran besar, angin yang kencang dan udara sejuk area hutan pinus menjadi nilai tawar keindahan khas desa dari Dusun Lipakgombong yang berada di jalur wana wisata BaturradenSerang yang berpenduduk 60 kepala keluarga (KK) ini.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, Prayitno mengatakan, dipilihnya kitiran dari bambu sebagai ikon wisata di kampung itu karena banyak warga setempat yang piawai membuat kitiran.

Dahulu, kitiran umum dibuat oleh warga untuk mengusir burung di persawahan. Kini, bunyi khas kitiran yang dimainkan angin menjadi asa untuk menarik perhatian wisatawan yang ingin berelaksasi di tengah kesejukan dusun.

Warga sendiri, diceritakan Prayitno, mulai giat mengembangkan dusun Lipakgombong sejak dibukanya jalan tembus menuju jalur Baturraden Serang melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Dahulu, kampung tersebut bisa dikatakan terpelosok. Sebab, secara geografis merupakan kampung paling ujung di Desa Karangjengkol.

“Sejak dibukanya jalur itu, setiap hari Sabtu dan Minggu atau hari libur banyak dilalui oleh para penggemar motor offroad. Warga menilai, potensi kampung perlu dikembangkan,” kata Prayitno, Senin (6/8).

Untuk memanjakan wisatawan, di lokasi lahan milik Pemkab Purbalingga seluas kurang lebih 10 hektar lalu diperkaya dengan berbagai fasilitas wisata. Beberapa di antaranya yakni arena menara selfie, jalur offroad sepeda motor, jalur tracking Jeep, arena jogging jalan setapak, dan camping ground.

Selain itu, ada pula potensi alam dua curug (air terjun) yakni Tembelang dan curug Talangmas di areal Perhutani yang berjarak sekitar 800 meter dari lokasi tanah Pemkab yang dimanfaatkan warga.

“Kami juga telah berkoordinasi dengan petugas Perhutani untuk memanfaatkan curug itu sebagai destinasi wisata,” kata Prayitno.

Pegiat wisata di desa setempat, Kusyanto mengungkapkan pihaknya bersama warga bersemangat mengembangkan kampung itu sebagai salah satu daya tarik wisata karena potensi alam yang sangat mendukung. Selain potensi alam hutan yang sejuk, di kampung Lipakgombong juga ada hal yang unik yakni petilasan Tamansari, Bukit Kembang yang ditumbuhi tanaman serai keramat sejak jaman Belanda

“Pada libur lebaran lalu, meski daya tarik yang dibuat belum banyak, pengunjungnya sudah mulai berdatangan”, ujar Kusyanto, yang juga Ketua Kelompok sadar Wisata (Pokdarwis) Taruna Jaya desa setempat.

Pegiat wisata lainnya, Sian Saputra menambahkan, untuk melengkapi daya tarik wisata, pihaknya tengah menyiapkan wisata berkuda. Selain itu, ada pula kuliner khas desa yakni nasi jagung dan minuman kopi khas Lipakgombong.

“Lahan pertanian warga di sini banyak ditanami tanaman alba, kopi, jagung dan kebun nanas. Potensi itu yang akan kami kembangkan untuk mendukung Kampung Kitiran”, kata Sian Saputra.

Kusyanto dan Sian berharap, Pemkab Purbalingga melalui Dinporapar dapat mendampingi baik dalam kelembagaan pengelola wisata, penambahan wawasan wisata melalui studi banding atau dukungan berupa bantuan lainnya dari Pemkab.

“Modal kami baru semangat dan tenaga untuk mengembangkan daya tarik wisata. Kami masih butuh banyak bimbingan dan dukungan dari Pemkab,” pungkasnya.

Sumber : merdeka.com

Tanggal : 7 Agustus 2018