Merayakan Kebangkitan Kopi Sendang

BISNIS INDONESIA (11/03/2019) | Pada Minggu (24/2) siang, wisatawan dan para penikmat maupun peracik kopi berdatangan ke Jurang Senggani, lereng Gunung Wilis, Tulungagung, Jawa Timur. Suasana begitu hangat, merayakan bangkitnya kopi lokal Sendang, Tulungagung, yang ditanam di lereng pegunungan itu.

Mereka yang datang berkelompok kecil, berbincang akrab membicarakan halhal yang tengah menjadi perhatian milenial, terutama kopi. Sekelompok wisatawan, yakni kalangan milenial, menanti berbagai rangkaian acara yang dihelat oleh Generasi Baru Indonesia (GENBI), mahasiswa Penerima Beasiswa Bank Indonesia dari IAIN Tulungagung melalui Coffee Camps di hutan pinus milik Perhutani. Dhimas, Ketua Panitia Coffee Camps menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dikemas untuk mengangkat kopi lokal melalui gelaran lomba di antaranya brewing manual, menyeduh kopi arabika. Arabika jenis Komasti merupakan biji yang dipilih karena ditanam oleh petani Sendang. Bibit kopi tersebut merupakan bantuan dari Bank Indonesia Kediri. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember sebelumnya telah memberikan 14.250 bibit kopi arabika kepada petani setempat untuk ditanam. Selain itu, petani juga antusias melakukan pembibitan kopi secara mandiri dengan menanam lebih dari 25.000 bibit di lahan pribadi maupun lahan milik Perhutani. Jumlah tanaman akan terus berkembang karena Perhutani menyambut baik upaya kerja sama budi daya kopi masyarakat. Dari penanaman periode pertama sebanyak 2.250 bibit telah memasuki usia produksi dan panen perdana. Kopi yang berhasil dipanen itulah yang diperkenalkan kepada khalayak, terutama para penikmat dan pemerhati kopi yang dikemas melalui kompetisi terkait dengan kopi yakni brewing manual, penyeduhan kopi model V60. Lomba brewing manual diikuti oleh 47 peserta dari berbagai daerah selain Tulungagung dan sekitarnya, yakni dari Bekasi, Jawa Barat, dan beberapa dari wilayah Sumatra.

Lomba yang sedianya dimulai pukul 15.00 WIB itu, terpaksa molor karena hujan lebat. Saat hujan reda pada pukul 19.00 WIB, peserta lomba dan pengunjung berkumpul di booth untuk berkompetisi dengan konsep battle, mengadu peracik kopi sebanyak 3 peserta pada setiap babak hingga ditentukan fi nalisnya. Di panggung lain, ada sajian music jaz dengan menyajikan lagu-lagu hits. Ada pula band yang membawakan lagu-lagu Naif, Koes Plus, dan The Beatles dengan sentuhan jaz. Sejumlah grup band lokal lokal ikut meramaikan acara pada malam itu yakni Frasa Music, Gatra, KJT, dan Kaca Purwa. Keseruan berlanjut pada Senin (25/2) setelah kompetisi brewing manual dan konser musik. Sejumlah peserta merayakan panen dan produksi kopi, selanjutnya mengikuti lelang kopi Arabica Komasti dan Arabica Columbia Brazil, baik green bean dan roasting. Masyarakat di Tulungagung pantas merayakan kebangkitan tanaman kopi arabika di Sendang. Pasalnya, pada masa kolonial Belanda, daerah tersebut dikenal sebagai wilayah penghasil kopi Arabica Columbia Brazil (Cobra) yang juga dikenal sebagai Java Arabica Coffee. Jenis kopi itu cukup masyhur di dunia karena cita rasa maupun aromanya yang lezat. Kepala Perwakilan BI Kediri Djoko Raharto berharap stakeholder, terutama pemerintah daerah, dapat menjaga dan mengembangkan tanaman kopi di Sendang, Tulungagung. Cara yang bisa ditempuh yakni melalui pendampingan kepada petani kopi mulai dari hulu hingga hilir. Pemda juga didorong untuk mendaftarkan Sendang agar mendapatkan sertifi kat indikasi geografi s (IG). Dengan adanya sertifi kat tersebut, maka kawasan tanaman kopi di Sendang bisa diakui oleh dunia dan mengangkat kopi arabika Sendang memiliki nilai yang lebih kuat sehingga pemasarannya pun menjadi lebih mudah, termasuk menembus pasar ekspor. BI Kediri mengakui telah membangun‘fondasi’ agar kawasan tanaman kopi arabika Sendang bisa memperoleh IG, yakni dengan mendorong petani membudidayakan kopi melalui sistem integrated organic zero waste, didukung dengan pemanfaatan teknologi MA 11 untuk mengolah kotoran ternak sapi menjadi pupuk organik. Dengan cara itu, maka limbah sapi perah tidak lagi dibuang ke sungai, melainkan dimanfaatkan menjadi pupuk sehingga dapat terjadi zero waste limbah. Limbah mempunyai nilai tambah, namun tidak mengotori lingkungan dan justru bermanfaat untuk pertanian. Selain itu, bibit kopi yang ditanam juga jenis unggul, specialty, yakni Arabica Komasti dan Andungsari dari Pusat Penelitian Kopi Kakao Jember. Ciri kopinya memiliki rasa tebal atau pekat, ada masam, karamel, dengan rasa ciri khas kopi pahit. Selain itu, juga dibudidayakan kembali jenis Arabica Cobra atau Java Arabica. Djoko menilai, keberhasilan petani kopi di Sendang dalam mengembangkan tanaman perlu dirayakan. Apalagi, kopi Sendang terbukti memiliki cita rasa dan aroma yang khas. Karena itulah, perayaan kembalinya kejayaan Sendang sebagai produsen kopi perlu dimeriahkan dalam agenda rutin tahunan. Sebagai upaya memperkuat brand kopi rakyat Sendang, di lereng Gunung Wilis, maka telah terselenggara Coffee Jazz in Wilis. “Apa yang kami gelar kali ini dengan title Coffee Camps, saya arapkan merupakan kegiatan rintisan menuju gelaran yang lebih besar Coffee Jazz in Wilis yang merupakan event pariwisata nasional tahunan,” katanya. Anggota Komisi XI DPR RI Eva Kusuma Sundari memberikan apresiasi kepada Kantor Perwakilan BI Kediri karena berhasil mengembalikan kejayaan Tulungaguing sebagai daerah penghasil komoditas penting di Indonesia. Dia menyambut antusias usulan agenda tahunan sebagai wujud perayaan kejayaan kopi Sendang. Menurut dia, pentas musik yang digabung dengan parade kopi layak dan berpotensi menjadi kalender wisata nasional, seperti Jazz Bromo, Jazz Ijen, dan lainnya. Yang unik, konser musik menggunakan brand kopi dan digelar di tepi Jurang Senggani, lereng Gunung Wilis. Jika berhasil digelar tahunan, maka event menjadi unik dan satusatunya di Indonesia. Karena itulah, dia akan mengajak mitranya di Komisi XI DPR dan BUMN, untuk dapat berpartisipasi menjadi sponsor pada kegiatan tersebut. “Saya akan mengajak BNI untuk menjadi sponsor kegiatan ini.”

APRESIASI

Pada agenda Coffee Camps juga digelar agenda apresiasi komoditas yakni lelang kopi yang diikuti oleh pejabat di lingkup pemimpin Bank Indonesia Jatim dan Kediri, Pemda Kabupaten Tulungagung, Pemkot Kediri, kalangan perbankan, pengusaha, dan penikmat kopi. Djoko Raharto berlaku sebagai juru lelang yang berhasil mengarahkan penjualan Kopi Arabica Cobra green bean atau biji kering mencapai Rp800.000 per kilogram dengan pemenang atau pembeli atas nama Difi A. Johansyah yang juga merupakan Kepala Perwakilan BI Jatim. Sebagai pembeli, Difi menilai bahwa upaya mendapatkan kopi seharga itu dilakukan sebagai upaya untuk menghargai kekhasan dan cita rasa kopi daerah. “Mengecap kopi dengan aneka rasa itu suatu kenikmatan tersendiri,” ujarnya. Bendahara KUB Omah Kopi Mandiri Kurnia Ika Kusuma –yang mendapat julukan Srikandi Kopi Sendang– mengatakan bahwa tanaman kopi yang sudah dipanen di Sendang mencapai sebanyak 2.250 pohon dengan produksi 1 ton/hektare. Menurut dia, lelang kopi yang berhasil menjual kopi Arabica Cobra Green Bean seharga Rp800.000/kg merupakan pencapaian apresiasi dari pencinta kopi. Pasalnya, di pasaran, harga green bean untuk kopi arabika setingkat Komasti berkisar Rp40.000/ kg, sedangkan untuk roasting Rp300.000/kg. Sementara itu, harga setingkat kopi Arabica Cobra berkisar Rp60.000/kg (green bean), dan Rp400.000/kg untuk roasting. Plt. Bupati Tulungagung M. Birowo mengatakan bahwa pihaknya mendukung pengembangan pertanian kopi di Sendang, yang sebelumnya dikenal dengan kebun teh yang kini sudah punah dan berganti dengan kopi. Pemkab Tulungagung berkomitmen untuk mendampingi petani dalam intensifi kasi tanaman kopi, termasuk mendaftarkan untuk memperoleh sertifi kat IG. “Syaratnya, petani harus benar-benar sehingga usaha pertanian kopi dapat mensejahterahkan masyarakat,” katanya. Pengamat kopi dan Juri Barista Nasional Titik Rachma mengatakan, untuk menginisiasi kegiatan di wilayah Sendang menjadi event nasional maka perlu persiapan, mulai dari venue, potensi kegiatan terkait dengan kopi, peternakan sapi, juga agenda lainnya yang mampu menarik kunjungan wisatawan Ketua Kelompok Sadar Wisata Jurang Senggani Sendang, Tarni, setuju dengan usulan itu. Dia bersama dengan masyarakat akan menggerakkan potensi pariwisata seperti usaha sapi ternak, tanaman durian, dan destinasi alam untuk semakin berkembang dan tertata menarik sehingga layak dikunjungi wisatawan. Jika upaya-upaya dikerjakan serius, maka Coffe Jazz in Wilis bukan sekadar impian, namun betul-betul dapat terselenggara dengan baik. Selamat datang di Sendang, selamat datang coffee jazz.

Sumber : Bisnis Indonesia, hal. 8

Tanggal : 11 Maret 2019