Objek Wisata Taman Batu Gunung Karang, Jejak Legenda Sangkuriang

sangkuriangRADARCIREBON.COM (22/1/2017) | Legenda cerita Sangkuriang yang terkenal di tatar Sunda, ternyata tidak melulu tempat kejadiannya di sekitar Bandung. Dusun Pancurendang Kelurahan Babakan Jawa menjadi salah satu tempat yang konon erat kaitannya dengan legenda tersebut.

Sangkuriang ditugaskan membendung sungai dalam waktu semalam sebagai syarat dari Dayang Sumbi untuk menikahinya. Dengan bantuan bala tentara mahluk halus dikumpulkannya batuan besar untuk membendung sungai, namun akhirnya bendungan yang rencananya untuk berlayar bersama perahu tidak bisa diwujudkan.

Aki Sama (72), juru kunci makam Syech Abdul Azis dan Syech Abdul Malik mengatakan, sisa batuan besar untuk membendung sungai itu masih ada sampai sekarang. Tepatnya di blok Tegal Batu dan Blok Legok Kondang. Tumpukan batuan itu mirip stone garden.

“Bila diteliti secara seksama, kondisi alam blok Legok Kondang menyerupai sebuah bendungan yang kering. Kemudian membentuk lembah yang di tengah-tengahnya mengalir sungai Cilutung yang bermuara ke bendungan Jatigede Sumedang,” kata Aki Sama kepada Radar Majalengka.

Menurut Sama, ada sebuah batu berukuran raksasa seperti batok kura-kura. Dengan bentuk pahatan pada batu itu seperti sengaja dibentuk manusia.

Batu itu dikenal dengan nama batu timbangan. Dari cerita turun temurun, batu itu ternyata berfungsi sebagai penahan luapan sungai Cilutung, sehingga kampung di sekitarnya tidak terkena banjir.

“Masih di sekitar sini juga terdapat gua yakni Gua Karang yang cukup besar. Namun karena belum banyak terjamah manusia dan kondisinya gelap, maka hanya sedikit orang yang pernah masuk. Itu pun dengan menggunakan bantuan penanda tali, agar tidak tersesat dan bisa keluar lagi,” ujarnya.

Sementara Yayat Sumantri dari KPH Perhutani Majalengka mengungkapkan, sebagai salah satu destinasi wisata potensial Taman Batu Gunung Karang yang masuk supervisi Perhutani akan segera dikembangkan.
Pihaknya bersama Dinas Pariwisata dan kebudayaan (sebelumnya Disporabudpar) Majalengka beberapa kali melakukan survei kelayakan.

“Disebut gunung dan gua karang karena banyak ditemukan batu-batu karang yang sangat besar, terkait dengan legenda Sangkuriang. Jadi potensi di sini selain menjual keindahan alam yang masih perawan, juga ada sisi budaya yang kental dengan cerita masyarakat sunda. Dari catatan sejarah, pada zaman revolusi Gua Karang adalah tempat persembunyian dan benteng pertahanan pasukan pejuang,” ucapnya.

Selain itu ada batu batu besar yang terhampar tunggal di bibir tebing yang tinggi. Sehingga seperti menjadi menara dengan sudut pandang alam dengan hutan hijau dan lembah di bawahnya.

Dari posisi ini dapat melihat lembah dan sungai Cilutung wilayah Kecamatan Jatinunggal Sumedang. Di sebelah selatan ada hutan pinus dan terlihat wilayah Majalengka kota di sebelah utara. Kadipaten di bisa dilihat di barat dan hutan pinus lainnya disebelah timur.

“Dari survei yang telah kami lakukan, kedepannya akan dipilih objek wisata mana yang bisa dinikmati secara aman dan menyenangkan. Ada juga masukan yang bagus, bila disini dibuat bumi perkemahan. Tapi semua masih kita inventarisir lagi,” pungkasnya. (gus)

Sumber: radarcirebon.com

Tanggal: 22 Januari 2017