JAKARTA – Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan didampingi Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto melepasliarkan sepasang Owa Jawa (Hylobates moloch) di kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung, Jawa Barat, kemarin, (15/6). Pelepasliaran ini dilakukan atas kerja sama Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Perum Perhutani, dan Yayasan Owa Jawa.Sepasang Owa Jawa yang diberi nama Kiki (betina) dan Sadewa (jantan) tersebut berasal dari hewan peliharaan yang diserahkan oleh masyarakat dan telah direhabilitasi selama lima tahun di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa di Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Kiki dan Sadewa telah menjalani rangkaian proses rehabilitasi mulai dari pemeriksaan dan perawatan kesehatan (karantina), sosialisasi, hingga tahap akhir proses rehabilitasi dengan membiasakan kehidupan di hutan. Keduanya juga dipastikan dalam keadaan sehat, dan bebas dari penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
Owa Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa, satu-satunya jenis primata tidak berekor dari keluarga owa (Famili Hylobatidae). Kerabat owa lainnya hidup di Sumatera (dua jenis), Mentawai (satu jenis), dan Kalimantan (dua jenis).
Menurut badan dunia IUCN, satwa ini berstatus terancam punah (endangered). Owa Jawa merupakan salah satu dari 14 spesies prioritas yang menjadi target pencapaian indikator kinerja Kemenhut di bidang konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan periode 2010-2014. Jumlah Owa Jawa yang hidup saat ini diperkirakan tidak lebih dari 4.000 ekor. Daerah sebaran Owa Jawa semakin sempit dan hanya terbatas di kantong-kantong hutan hujan tropis yang terdapat di Jawa Barat dan sebagian kecil Jawa Tengah.
”Jumlah populasi Owa Jawa di Pulau Jawa terus mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir karena habitatnya makin berkurang akibat tekanan pembangunan dan pertumbuhan populasi manusia. Risiko kepunahannya bertambah karena sebagian masyarakat menjadikan Owa Jawa sebagai satwa peliharaan,” ujar Menhut.
Kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar yang dikelola Perum Perhutani dipilih sebagai tempat pelepasliaran Kiki dan Sadewa karena habitatnya dipastikan memiliki ketersediaan pohon bahan pakan dan jaminan keamanan. Bagi Perum Perhutani, program ini juga merupakan contoh public-private partnership yang menjadi dasar pembangunan berkelanjutan.
Yayasan Owa Jawa yang berdiri 7 Maret 2001 adalah yayasan dengan misi membantu pemerintah melestarikan Owa Jawa dan habitatnya melalui upaya penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi. Salah satu program konservasi Owa Jawa yang dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa ini adalah program penyelamatan dan rehabilitasi Owa Jawa di Javan Gibbon Center (JGC). JGC merupakan satu-satunya pusat rehabilitasi Owa Jawa di dunia. JGC dikelola bersama oleh Yayasan Owa Jawa, Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Universitas Indonesia, dan Conservation International-Indonesia.
Sejak dibangun, JGC yang berlokasi di Bodogol TNGGP telah menampung 30 Owa Jawa yang berasal baik dari sitaan Kemenhut maupun yang diserahkan langsung dari masyarakat. Setelah melewati proses rehabilitasi kesehatan dan tingkah laku yang cukup panjang, Owa Jawa itu diharapkan dapat dikembalikan ke habitat alaminya dan meneruskan kehidupan mereka dengan aman dan lestari. JGC juga baru saja menyambut kelahiran bayi Owa jantan kedua pada 7 Juni 2013 lalu. (lum)
Sumber : indopos.co.id
Tanggal : 16 Juni 2013