Pelaku Wisata, Terinspirasi Model Desa Wisata

RAKYATMURIA.COM, REMBANG (9/5) | Selama dua hari satu malam, para pelaku pariwisata di kabupaten Rembang diberangkatkan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) kabupaten Rembang. Banyak hal yang di dapat dari desa wisata Lamajang dan Saung Angklung Mang Udjo di Bandung.
Penyambutan hangatpun diterima rombongan dari Rembang di Villa Tjawede milik perorangan yang status pengelolaannya diserahkan oleh kelompok penggerak wisata desa Lamajang. Sambutan serupa juga diperlihatkan warga pemilik home stay yang memberikan pelajaran bagi pihak Rembang bagaimana memperlakukan wisatawan dengan baik.
Ade Sukmana Ketua Desa Wisata Lamajang, mengungkapkan, 90 persen potensi wisata di kabupaten Bandung adalah milik perusahaan, ada milik PT Perkebunan Nusantara, Perhutani dan lainnya, sedangkan pemerintah kabupaten Bandung hanya sedikit memiliki obyek wisata. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masuk dari jasa pariwisata hanya dari jasa parkir.
Oleh karena itu Pemkab Bandung mendongkrak peningkatan pariwisata melalui desa wisata. Kenapa harus desa wisata, disini yang terlibat adalah masyarakat sendiri, maka yang akan menikmati dari industri pariwisata adalah masyarakat sendiri.
Karakter desa Lamajang memiliki potensi wisata alam dan seni budaya adatnya. Seperti anak-anak muda desa memperagakan pencak silat dengan tabuhan dan ibingan (red: goyangan) saat penyambutan selamat datang rombongan Rembang. Tak hanya itu saja, kesenian yang berkembang di desa Lamajang yang bisa dinikmati wisatawan ada jaipongan, reog, seni calung dan seni tarawangsa tergantung dari permintaan.
Desa Lamajang pandai memanfaatkan segala potensi yang ada, keberadaan sungai cisangkuy yang berarus deras juga dioptimalkan warga setempat untuk wahana rafting, begitu juga situs batu eon peninggalan jaman Belanda. Ada Rumah adat Cikondang yang berumur lebih dari 300 tahun menjadi salah satu obyek wisata sejarah disana, home stay tempat menginap wisatawan dan belum lagi wisata edukasi bank sampahnya.
Prinsipnya tidak menjual tiket, tapi menjualnya dengan sistem paket wisata. Tergantung apakah mau tour wisata rumah adat, arum jeram, ataupun terhadap pertanian. Wisatawan bisa ikut terlibat membajak sawah, menanam pohon atau pembibitan.
Sementara itu Surnita, Kasi Kerjasama dan Pengembangan Kepariwisataan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung, Surnita menjelaskan dalam pengembangan desa wisata, Pemkab hanya memberikan pengetahuan peningkatan SDM untuk pengelolaan Desa Wisata, memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti pembangunan sekretariat desa wisata. Untuk infrastruktur yang lain pihaknya menggandeng SKPD yang terkait seperti sanitasi lingkungan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan.
“Dari tiap desa wisata diberikan kesempatan ekspos tiap tahun di tingkat kabupaten. Jadi apa yang diperlukan di desa, kami menghadirkan dinas-dinas terkait. Alhamdulillah tahun khusus untuk jalan desa wisata kami mendapat anggaran 3 milyar.” lanjutnya sesuai pers rilis Humas.
Pihak ketiga juga mengucurkan dana melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) nya. Misal Bank Jabar Banten itu memberikan bantuan dana untuk desa wisata di Kabupaten Bandung.
Dari semua yang disajikan oleh Lamajang dan Saung Anklung Mang Udjo, salah satu anggota Pokdarwis desa Punjulharjo Rembang, Ubaidillah, Senin 09/05), mengaku banyak hal yang bisa di dapat dari satu malam di desa Lamajang Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Terutama paket wisata yang dikemas oleh desa tersebut.
Desa wisata Punjulharjo sebenarnya memiliki potensi wisata yang tak kalah dari Lamajang. Selain Pantai Karangjahe desa ini memiliki situs perahu kuno dan dari dua obyek tersebut banyak potensi lain yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan.
“Kita punya potensi yang luar biasa juga di Karangjahe, kita juga punya home stay, kesenian barongan. Selain Barongan kita juga berencana memunculkan kreatifitas anak-anak melalui pelatihan tari untuk menyambut rombongan wisatawan.” tuturnya
Selama ini desa Punjulharjo menyajikan kesenian Barongan saja. Jika ada tari-tarian yang khas dan dimainkan oleh anak-anak desa setempat maka pemberdayaan kesenian dan hal yang bisa dinikmati pengunjung akan semakin bertambah.
Dari kunjungan di desa Lamajang dan Saung Angklung Mang Udjo dirinya juga terinspirasi untuk pembuatan kerajinan khas atau souvenir yang bisa dibeli wisatawan. Di Lamajang Karang Tarunanya bisa membuat gelas, teko dan nampan dari bahan bambu dan di Saung Angklung Mang Udjo, sebuah angklung bisa dikemas menjadi souvenir dengan berbagai macam bentuk. Sedangkan di Karangjahe bisa saja dengan bahan baku bambu bisa membuat kerajinan miniatur kapal atau apa yang bisa menambah nilai jual.
Perwakilan dari sanggar seni, Pimpinan Sanggar Seni Galuh Ajeng, Puji Purwati, menuturkan setelah melihat pariwisata di Bandung muncul ide untuk mengembangkan tari-tarian khas untuk masing-masing desa wisata di Rembang.
“Kami dari sanggar tergerak ingin membantu masing-masing desa wisata untuk mengembangkan tari yang ada hubungannya dengan potensi yang ada di desa wisata itu. Sehingga jika ada pengunjung mereka sudah siap mempunyai sebuah pertunjukkan tari yang memberdayakan anak-anak desa setempat.”tandasnya. (HD)
Tanggal  : 9 Mei 2016
Sumber  : rakyatmuria.com