Pemandu Interpretasi Implementasikan di Ekowisata Hutan

KRJOGJA.COM (30/08/2018) | Bimbingan Teknis (Bimtek) Ekowisata Hutan (Pemandu Interpretasi) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendapat sambutan positif. Bimtek yang diinisiasi oleh Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar itu dipastikan akan ditindak lanjuti oleh semua peserta.

“Ini akan kami implementasikan di Perhutani. Kami juga tadi berdiskusi dengan teman-teman Taman Nasional bahwa Bimtek ini sangat bermanfaat untuk kita menyambut wisatawan. Kita juga semakin bersemangat kalau Hutan itu bisa menjadi daya tarik pariwisata, dengan teknik-teknik yang sudah dijabarkan oleh Bimtek ini. Terima kasih Kemenpar atas programnya ini tinggal kita pelaku di lapangan melaksanakannya dengan baik dan benar,”ujar Asisten Manajer Ecotourist Wisata dan Aset Perhutani Yayak Mahfiyah.

Yayak datang dengan ke-4 timnya dari Perhutani. Begitu juga puluhan perwakilan dari Taman Nasional Baluran (Situbondo), Alas Purwo (Banyuwangi), Meru Betiri (Banyuwangi/Jember). Selain itu, ada juga Taman Wisata Alam Kawah Ijen (Banyuwangi dan Bondowoso) dan Bromo Tengger Semeru.

Fasilisator Interpretasi Ary Suhandi yang menjadi salah satu pembicara setuju agar semua peserta bisa melaksanakan dengan baik di lapangan bagi para Pemandu Interpretasi. Dalam paparannya di hari ke-2, para pemandu harus memikirkan semua dari penampilan, tutur kata sampai ke intonasi bicara agar wisatawan fokus dan happy saat mengunjungi Hutan.

“Ingat, jangan pernah memberikan data yang salah apalagi berbohong. Saat ini wisatawan bisa lebih pintar dari pemandu. Karena apa ? karena jaman digital dimana informasi semua sudah ada dalam genggaman,”kata Ary. Ary bahkan meminta para pemandu harus bisa memanfaatkan digital yang sedang hits di jaman sekarang. ” Jadi pengetahuan kita akan semakin banyak, dan kita bisa menjadi pemandu yang baik dan cerdas. Kita harus usung semangat Go Digital di Pemandu Interpretasi,”kata Ary.

Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Alexander Reyaan didampingi Kepala Bidang Ekowisata Hutan Kemenpar Eiffy Efendy mengatakan, Ekowisata saat ini menjadi salah satu sumber pendapatan untuk pengelolaan jangka panjang dan merawat lebih dari 33.000 kawasan lindung di seluruh dunia. Ini bukan hanya tentang mengajak wisatawan datang ke lokasi atau destinasi namun juga bisa mensejahterakan masyarakat.

Karena itu, imbuh Alex, perlu dipastikan bahwa pengunjung melakukan perjalanan yang bertanggung jawab, membantu melindungi satwa liar yang mereka kunjungi dan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat lokal. Konsep ekowisata tidak hanya menghasilkan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal saja, namun mendukung konservasi dan mengurangi dampak dari aktivitas wisata.

 
Sumber : krjogja.com
Tanggal : 30 Agustus 2018