WARTAEKONOMI.CO.ID (9/3/2017) | Pemerintah menargetkan produksi gula BUMN pada tahun 2017 mencapai 1,6 juta ton, meningkat 33 persen dari realisasi 1,2 juta ton pada 2016 sejalan dengan penataan pabrik gula milik negara.
“Peningkatan produksi gula BUMN pada 2017 akan dicapai melalui program penataan ulang pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Pulau Jawa periode 2016-2020,” kata Deputi Bidang Usaha Agro da Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, di sela bincang santai dengan media, di Kantor Kementerian BUMN, BUMN, Jakarta, Kamis (9/3/2017).
Menurut Wahyu, saat ini kebutuhan gula nasional mencapai 5,7 juta ton per tahun, di mana 2,8 juta untuk kebutuhan konsumsi dan 2,9 juta ton untuk industri.
“Kontribusi pabrik gula BUMN terhadap kebutuhan nasional masih sangat kecil. Perlu upaya yang terstruktur dan berkesinambungan antara pengembangan atau membangun pabrik gula baru dengan kepastian ketersediaan bahan baku tebu terhadap kapasitas pabrik gula,” katanya.
Ia menambahkan, peningkatan produksi pabrik gula dilakukan pada sisi “on farm” (kebun tebu) dan off farm (pabrik gula) yang dijalankan secara pararel untuk menciptakan efisiensi.
Penataan ulang pabrik gula BUMN akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu pertama peningkatan kapasitas produksi, kedua optimalisasi kapasitas dan produktivitas, ketiga penutupan pabrik gula yang kapasitas produksinya di bawah 2.000 ton tebu per hari (TCD).
“Kondisi pabrik gula BUMN saat ini cukup memprihatinkan karena di bawah skala ekonomi. Dari 45 pabrik gula hanya 25 persen yang memiliki kapasitas produksi di atas 4.000 TCD, dan 78 persen pabrik gula di Jawa berusia di atas 100 tahun, sehingga sangat tidak kompetitif,” kata Wahyu.
Untuk itu tambahnya, dalam mengembangkan pabrik gula BUMN, setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin dan termasuk pengembangan lahan kebun.
“Selain pembangunan pabrik baru, kami juga akan menutup pabrik gula yang tidak produktif sehingga jumlah pabrik gula saat sebanyak 45 pabrik gula akan berkurang menjadi hanya 22 pabrik gula,” ujarnya.
Meski begitu disebutkan Wahyu, dalam pengembangan dan penataan pabrik gula membutuhkan sinergi semua pihak, terutama dalam ketersediaan lahan tebu, pembangunan infrastruktur di daerah dan sentra penghasil tebu, pengembangan hilirisasi, pengembangan bisnis ekonomi kreatif beabasis agrowisata heritage.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Erwan Pelawi mengatakan PTPN III sebagai holding BUMN Perkebunan membawahi 3 PTPN yang memiliki usaha pabrik gula yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII.
Ia menambahkan, PTPN IX akan menata 5 unit pabrik gula dengan investasi sekitar Rp2,51 triliun, PTPN X membutuhkan dana secara bertahap (2017-2018) sebesar Rp4,25 triliun untuk pengembangan 7 unit pabrik gula, PTPN XI sebesar Rp4,04 triliun untuk menata ulang pabrik gula dari 16 unit menjadi hanya 8 pabrik gula, sedangkan PTPN XII mengalokasikan dana sekitar Rp1,7 triliun.
Selain investasi pengembangan pabrik gula yang sudah ada, Holding PTPN III juga berupaya menambah pasokan tebu melalui sinergi dengan Perum Perhutani yang akan menyediakan lahan untuk dijadikan perkebunan tebu.
“PTPN juga menjajaki program kerja sama dengan petani tebu, di mana para petani secara sendiri-sendiri atau berkelompok dimungkinkan untuk memiliki saham pada pabrik-pabrik gula BUMN,” kata Erwan. (Ant)
Sumber: wartaekonomi.co.id
Tanggal: 9 Maret 2017