Peminat Lelang Kayu Banyak, Tapi Harga Tak Berubah

Lelang kayu secara online di iPasar cukup “ramai” pada pekan kedua Meret lalu (15/3). Semua kayu yang ditawarkan habis terjual. Pembelinya adalah kalangan industri mebel atau furnitur.
Ari Ardianto, Kepala Divisi Keanggotaan PT iPasar Indonesia, mengatakan, sebanyak 37,665 meter 3 (m”) kayu yang disediakan dalam transaksi habis terjual tanpa sisa. “Padahal alokasi kayu yang kami sediakan dua kali lebih banyak daripada alokasi dalam lelang sebelumnya,” kata Ari kepada KONTAN akhir pekan lalu.
Jenis kayu yang dilelang adalah kayu jati bundar yang dihasilkan oleh Perum Perhutani II di Jawa Timur. Karena itu, para pembeli juga berasal dari Jawa Timur. Dengan demikian, biaya transportasinya lebih irit dan waktu angkutnya pun menjadi lebih singkat.
Dari lelang terakhir yaitu tanggal 15 Maret yang lalu, iPasar berhasil mengantongi nilai penjualan hingga Rp 214 juta. Angka tersebut lebih tinggi 27,38% dibanding dengan hasil lelang sebelumnya (10/3) yang hanya membuahkan nilai Rp 168 juta.
Meski lelang mendapat sambutan hangat dan seluruh kayu habis terjual, toh harga yang terbentuk dalam lelang ini cenderung stagnan atau tidak banyak bergeser bila dibanding dengan harga di lelang sebelumnya.
Contoh, harga lelang kayu jati Al dengan panjang 1-1,90 m senilai Rp 682.000 per m3, Harga itu sama dengan harga lelang pekan sebelumnya. Begitu juga dengan harga kayu jati A2, panjang 1-1,90 m dilepas Rp 2.728.00 per m3, sama dengan harga sebelumnya. Hal serupa terjadi dengan kayu jati kelas A3 dengan ukuran 1-2 m tetap sebesar Rp 5.525.000 per m3.
Ari mengatakan, pembeli beruntung karena walaupun permintaannya naik, namun pasokannya juga bertambah sehingga tidak melejit.
Para pembeli kayu jati itu akan mengolah kayu-kayu tersebut untuk dijadikan mebel atau furnitur, panel, dan lain-lain.
Pada umumnya, para pemborong dari lelang kayu tersebut adalah juga pelanggan Perhutani Unit II yang selarna ini biasa melakukan transaksi jual beli langsung. “Kali ini sudah banyak dari mereka yang imigrasi ke lelang online,” ungkap Ari.
Toh belum semua BUMN kehutanan memanfaatkan iPasar. Perum Perhutani I Jawa Tengah (Jateng) dan juga Unit III Jawa Barat (Jabar), misalnya. Keduanya belum memanfaatkan lelang kayu secara online.
Menurut Ari, Perhutani I dan III belum bisa ikut lelang bisa jadi karena mereka belum memiliki pengetahuan tentang lelang online untuk kayu. Padahal, menurut Ari, lelang secara online lebih menguntungkan dibandingkan dengan lelang secara fisik.
Selain lebih efisien dari segi waktu, lelang online juga bisa lebih hemat dari sisi biaya. Soalnya, dengan lelang online, pembeli tidak perlu membayar retribusi daerah. Berbeda dengan lelang fisik, pembeli disyaratkan membayar retribusi daerah 3,5% ketika ikut lelang di tempat pelelangan kayu (TPK). Sementara dalarn lelang online pembeli cukup membayar 0,5% untuk biaya lelang iPasar dalam setiap transaksi.
Penjelasan Ari ditampik Perhutani III. Sudaryana, Manajer Pemasaran Perhutani III Jawa Barat, mengatakan, sebenarnya perusahaannya tertarik ikut lelang iPasar. Tetapi, pada lelang terakhir, Perhutani III tidak memiliki stok kayu. Namun, untuk lelang selanjutnya, Perhutani III akan mengalokasikan 200 m3 kayu jati bundar urituk lelang iPasar. Bahkan, “Kalau penyerapan lelang itu baik, kami bisa menarnbah pasokan dua kali lebih banyak termasuk juga lelang berikutnya,” kata Sudaryana kepada KONTAN.
Saat ini, pohon jati milik Perhutani Unit III Jawa Barat itu sudah mulai bisa diproduksi alias bisa ditebang. Sudaryana menyebutkan, setidaknya ada 6.000 m3 kayu jati bundar yang akan siap lelang atau siap jual (ready stock) dalarn waktu dekat.
Stok kayu jati itu berasal dari daerah Ciarnis yang selama ini menjadi daerah utama penghasil kayu Perhutani Unit III. “Dengan stok sebanyak ini, kami sih tinggal tunggu saja permintaan dari iPasar. Kalau ada permintaan karni bisa kirim, berapa yang dibutuhkan,” kata Sudaryana.
Nama Media : KONTAN
Tanggal : Senin, 28 Maret 2011 hal 15
Penulis : Veri Nurhansyah Tragistina

Share:
[addtoany]