SEMARANG — Pemprov Jateng akhirnya mendirikan unit distribusi pupuk sendiri, menyusul banyaknya masalah dalam distribusi pupuk. Unit baru ini, di bawah Perusahaan Daerah (Perusda) PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) itu akan mulai beroperasi awal tahun ini. PT CMJT menambah satu divisi yang bertugas sebagai pengendali distribusi pupuk bersubsidi di Jateng.
Saat ini, CMJT sudah bekerja sama dengan dua produsen yakni PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) dan PT Petrokimia Gresik. Untuk langkah awal, sudah mendapatkan wilayah distribusi di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Pekalongan.
“Prinsipnya, kami ingin membuat sistem pengelolaan pupuk yang benar untuk mencapai enam tepat. Yakni tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, kemarin.
PT CMJT akan mendistribusikan semua jenis pupuk bersubsidi. Di antaranya Urea, ZA, SP-36, dan NPK. Untuk harga, tidak ada perbedaan dari distributor lainnya. Ganjar hanya menggariskan sistem yang benar-benar bisa melayani kebutuhan petani.
“Sistemnya, pupuk didistribusi ke pengecer yang sudah ada untuk disalurkan kepada petani. Saya geram saja dengan kondisi pengelolaan pupuk, banyak penyelundupan dan lainnya. Kalau kita bisa membantu petani, kenapa tidak,” ungkapnya.
Direktur Utama PT CMJT, Sayuti mengatakan bahwa saat ini ada dua kabupaten yang menjadi percontohan distribusi pupuk. Jika sistem dan sumber daya manusia siap, akan dikembangkan ke 35 kabupaten/kota.
“Tahun 2016, Pak Gubernur meminta semua kabupaten sudah tercover,” katanya. Dalam operasionalnya, divisi ini akan bersinergi dengan kartu petani. “Maka data jumlah petani, kuota, jenis, dan waktu distribusi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan,” katanya.
Direktur Umum dan Keuangan CMJ T, Agung Rohmadi yang menjadi kepala divisi menambahkan, di visinya bersifat sosio bisnis. Ar tinya kegiatan bisnis yang le bih mengedepankan pelayanan masyarakat.
Prinsipnya, perusahaan tidak melakukan investasi, namun lebih sebagai pengendali. Dalam operasional, pihaknya akan memanfaatkan aset-aset pemprov yang mangkrak di sejumlah daerah untuk digunakan sebagai gudang. “Karena kalau perhitungan bisnis, tidak visible. Jadi sifatnya sosio bisnis, pelayanan kepada masyarakat,” katanya.
Karena memaksimalkan aset mangkrak, saat ini pihaknya sedang mengajukan pengalihan wilayah distribusi dari Kabupaten Pekalongan ke daerah lain. Sebab, pemprov tak punya aset mangkrak di sana. Aset yang bisa digunakan yakni di Cilacap, Banyumas, Purwokerto, Klaten, Tegal, Rembang, dan Jepara.
“Sarana angkut kami sudah punya. Kalau semua lancar, sudah bisa beroperasi pada musim tanam kedua sekitar Februari- Maret tahun ini,” kata dia. Selain pupuk, pihaknya juga akan berkontribusi untuk meningkatkan produksi kedelai dan jagung. Bekerja sama dengan Perhutani, CMJT akan mengajak Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) menanam kedelai dan jagung di lahan milik Perhutani.
(ric/ida/JPNN)
Sumber : Radar Solo
Tanggal : 11 Januari 2015