Pendapatan Perum Perhutani Naik 26 Persen

JPNN.COM (21/08/2018) | Perum Perhutani meraih pendapatan Rp 1,8 trilliun, tumbuh 26 persen yoy dengan laba bersih Rp 469 miliar, tumbuh 63 persen yoy pada semester I 2018. Bahkan laba tersebut telah melampaui laba sepanjang 2017 sebesar Rp 406 miliar, dari kerugian yang dialami pada 2016 sebesar Rp 357 miliar.

Restrukturisasi perusahaan yang mulai diterapkan pada kuartal akhir 2016 dengan menerapkan program Cost Reduction Program (CRP) secara konsisten, yang berfokus pada biaya overhead dan sistem Problem Identification Correctives Action (PICA) sebagai alat bantu manajemen yang diaplikasikan pada seluruh tingkat organisasi dari kantor pusat sampai tingkat Kesatuan Pangkuan Hutan (KPH).

Dilanjutkan transformasi bisnis pada 2017 dengan melakukan perubahan struktur organisasi menjadi lebih ramping dan menerapkan Business Process Reengineering (BPR) di berbagai lini proses untuk meningkatkan Quality, Speed dan Cost (efisiensi biaya) secara terukur dan dilakukan perbaikan secara terus menerus.

“Hasil BPR tersebut termasuk terciptanya rebranding wisata Canopy pada 2 lokasi percontohan yaitu Kawah Putih di Ciwidey dan Banyunget di Trenggalek yang telah berhasil memberikan kontribusi dalam peningkatan laba pada 2017,” ujar Sekretaris Perusahaan Perum Perhutani Agus Dwi Nurjanto dalam siaran persnya, Senin (20/8).

Dengan mulai membaiknya kondisi keuangan perusahaan, sambung Agus, untuk dapat mendorong pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan, perusahaan telah menganggarkan belanja modal (capex) pada 2018 sekitar Rp 800 miliar.

Selain untuk revitalisasi pabrik dalam memperkuat eksistensi perusahaan di hilir pada tingkat global termasuk industri kayu, minyak kayu putih dan madu serta pembangunan Rest Area, alokasi yang besar juga diberikan untuk penanaman hampir 30 ribu hektar pohon dalam mempercepat penutupan lahan antara lain kayu jati jenis klon JPP (Jati Plus Perhutani) dan pinus bocor getah.

“Kedua jenis pohon tersebut merupakan hasil terobosan temuan Perhutani dengan hasil kualitas yang baik serta daur yang jauh lebih pendek. Untuk dapat menghitung potensi tegakan pohon yang lebih akurat dan tepat waktu serta dapat meningkatkan pengamanan tegakan secara efisien, perusahaan telah mulai menggunakan fixed wing drone dengan teknologi yang paling mutakhir,” jelas dia.

Saat ini telah ditetapkan 66 lokasi Perhutanan Sosial dan lebih dari 200 lokasi masih dalam proses verifikasi oleh para pihak terkait.

“Rencana pengembangan ini didasari dari berhasilnya percontohan tanaman biomasa yang dilakukan sejak 2014. Perusahaan juga akan menggunakan bioenergi dalam mengelola World Class Ecopark, yang masih dalam proses penyusunan studi kelayakan,” tandas dia.

 
Sumber : jpnn.com
Tanggal : 21 Agustus 2018