Perhutani Bangkitkan Ekspor Industri Kayu

PIKIRAN RAKYAT (05/10/2018) | Perum Perhutani membangkitkan kembali ekspor produk industri kayu, yang dilakukan melalui unit Industri Kayu Cepu (IKC), setelah dua tahun tidak melakukan pengiriman produk ke luar negeri. Ekspor perdana pada tahun 2018 ini berupa produk flooring jenis E2E sebanyak 10 kontainer ke Shanghai, Cina, Sabtu (29/9/2018) lalu.

Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, melalui siaran pers dikirimkan kepada “PR”, Kamis (4/10/2018), menyebutkan, pengiriman tersebut dilakukan secara bertahap, masing-masing 7 kontainer pada Jumat (28/9/2018) dilanjutkan 3 kontainer pada Sabtu (29/9/2018).

Ekspor ke Cina akan dilakukan setiap bulan hingga Desember 2018 dengan target minimal 10 kontainer per bulan. Pada 2019, rencana ekspor juga ditujukan ke berbagai negara di Eropa.

“Perhutani terus mendorong untuk melakukan ekspor, sejalan dengan fokus bisnis Perhutani ke hilir dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diharapkan, Perhutani akan terus melakukan ekspor dengan volume dan kualitas yang lebih baik lagi,” ujarnya.

Menurut Denaldy, tahun ini, Industri Kayu Cepu memulai kembali ekspor produk flooring sebanyak 10 kontainer ke mitra di Cina. Pada tahun ini juga akan ada ekspor perdana dari Industri Kayu Brumbung, jenis teak parquetT8iG, teak flooring T&G, teak longstrip, dan teak skirting ke berbagai negara.

Dengan ekspor kayu tersebut, katanya, Perhutani pun berharap produksi industri kayu dapat memperluas kesempatan tenaga kerja. Juga mampu mendorong perekonomian Indonesia dengan bertambahnya devisa negara.

Hasil revitalisasi

Denaldy menambahkan, kemampuan Perhutani melakukan ekspor pada tahun ini merupakan hasil dari upaya revitalisasi industri kayu Perhutani dengan konsep restart, dari seluruh aspek perusahaan. Dengan telah ada perbaikan kondisi keuangan tahun 2017, Perhutani mulai menggulirkan investasi untuk peremajaan mesin-mesin produksi.

Perbaikan pengelolaan industri dan prosedur kerja dilakukan melalui implementasi business process reengineering. Selanjutnya, juga mengaktifkan project management unit (PMU) dan fokus hanya memproduksi produk yang memiliki nilai lebih di pasaran.

Disebutkan pula, restrukturisasi dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) juga dilakukan dengan menempatkan tenaga profesional di bidang industri. Ke depan, akan dilakukan transformasi produksi dan pemasaran dari proses bisnis konvensional/business to business (B2B) menjadi business to customer (B2C).

Sementara itu. informasi dari Divisi Pemasaran Perum Perhutani, sampai September 2018 total penjualan ekspor Perhutani sudah mencapai ± 48% dari total penjualan Rp 2,6 triliun. Nilai ekspor itu mengalami pertumbuhan 37 % (yoy).

Selain ekspor pada industri kayu, ekspor produk utama adalah gondorukem dan terpentin yang digunakan terutama untuk industri adesif dan tinta, serta alpha pinene untuk aroma wewangian, desinfektan, dan cairan pembersih.

Sumber : Pikiran Rakyat, hal. 17

Tanggal : 5 Oktober 2018