TEMPO.CO, Pemalang – Perusahaan Umum Perhutani membangun pabrik pengolahan derivat gondorukem dan terpentin terbesar di Asia. “Ini bentuk transformasi Perhutani sebagai BUMN yang mengelola 2,4 juta hektare lahan hutan negara di Jawa dan Madura,” ujar Sekretaris Perusahaan Perhutani Hari Priyanto, Senin 25 Juni 2012.
Pabrik yang dibangun di kampung Bojongbata, Pemalang, Jawa Tengah, ini kelanjutan dari kebijakan Perhutani yang melakukan investasi. Perusahaan pengelola hutan milik pemerintah ini menginvestasikan anggaran Rp 198,8 miliar.
Perhutani memprediksi mampu menghasilkan nilai tambah 1,5 hingga empat kali lipat dari pendapatan sebelumnya. “Dengan pertimbangan nilai produk antara US$ 2 ribu hingga US$ 313 ribu dolar per ton,” ujar Hari.
Pabrik seluas 2,5 hektare ini direncanakan selesai dibangun lebih kurang 18 bulan oleh pelaksana pembangunan PT Rekayasa Industri. Sebelumnya Rekayasa Industri juga telah bekerja sama dengan PT Perhutani Anugerah Kimia untuk membangun pabrik yang sama dengan kapasitas bahan baku getah pinus hingga 4 ribu ton per tahun.
Pembangunan pabrik diresmikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara. Dahlan Iskan menilai pembangunan pabrik ini merupakan proyek terberat yang dilakukan oleh Perhutani. “Namun harus dibangun kalau Perhutani ingin bergerak hidup dan terus berkembang,” ujar Dahlan.
Menurut dia, proyek pembuatan pabrik ini kadang-kadang harus dipaksa demi perubahan yang lebih baik. Ia berharap pabrik ini kelak lebih maju dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional sesuai dengan program pemerintah yang hendak meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 6,5 persen. “Ini sangat baik di tengah kondisi ekonomi Eropa dan Amerika yang sedang jelek,” kata dia.