SWA.CO.ID (8/8/2017) | Usaha Perhutani untuk melakukan rebranding perusahaan menuju pengembangan pariwisata alam bukan isapan jempol belaka. Hari ini (07/08/2017), BUMN itu kembali membuat gebrakan dengan menandatangani Mou dengan perusahaan multinasional asal Amerika untuk pengembangan wisata alam bertema futuristik. Wisata alam yang diberi nama World Class Ecotheme Park ini dibangun diatas lahan seluas 600 hektar di kawasan Bogor dengan investasi tahap pertama sebesar US$1 miliar.
Denaldy M Mauna, Direktur Utama Perhutani, menuturkan, gabungan antara sumber daya manusia, alokasi tempat dan pengalaman mereka dalam mengembangkan kawasan ecopark akan melahirkan kawasan yang dapat dibanggakan di kancah internasional. Dengan kombinasi expertise yang mereka bawa, pihaknya optimistis ini akan menjadi sesuatu yang hebat dan berkelas dunia. Di Swedia, menurutnya, anak-anak memiliki banyak pilihan tempat untuk berlibur dengan akses yang mudah.”Kami ingin menghadirkan alternative tempat liburan untuk anak-anak,” ungkap Denaldy.
Dengan melibatkan 3 pihak sekaligus, pihaknya optimistis akan merampungkan project ini paling cepat dalam waktu 3 tahun ke depan. Saat ini, Perhutani juga tengah mengelola 236 lokasi wisata alam di kawasan hutan dan beberapa di antaranya tengah melakukan rebranding produk, pelayanan dan pengelolaan guna meningkatkan kualitas standar usaha wisata dunia.
Sementara itu, di tengah gesitnya perusahaan dalam melakukan rebranding ecoturism, Perhutani juga tengah melirik bisnis biomass yang dinilai menjanjikan. Peluang kebutuhan energi terbarukan menggunakan woodpellet diprediksi akan mengalami pertumbuhan sebesar 2,7 ton per tahun dalam 8 tahun kedepan.
Kebutuhan tersebut memungkinkan perhutani mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu Ha dengan menghasilkan 3,2 juta MT woodchips. Nilai ini dimungkinkan untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik pertahun atau 1,6 juta MT Wood Pellet. Hal ini mengindikasikan, penggunaan biomass dapat menghemat penggunaan energi fosil sampai 2 triliun per tahun. Saat ini perusahaan telah menanam tumbuhan fast growing berjenis Sengon, Acacia, dan Gmelina di Pulau Jawa dengan luas 7424,19 Ha. pengembangan ini merupakan hasil kerjasama Perhutani dengan Korean Indonesian Forestry Center (KIFC) dan Korean Promotion Institute.
Sebagai tambahan, perusahaan saat ini tengah membukukan hasil positif dengan mencatatkan kenaikan laba sebesar 236% atau menjadi Rp316,23 miliar pada kuartal dua (Q2) 2017. Hal ini merupakan dampak adanya upaya transformasi bisnis yang dilakukan Perhutani ditambah dengan menurunnya biaya pokok penjualan dan biaya usaha.
Sumber : swa.co.id
Tanggal : 8 Agustus 2017