Perum Perhutani berencana membangun tiga pabrik pengolahan getah pinus menjadi gum rosin senilai 964 miliar rupiah. Rencananya, BUMN pemilik sejumlah HTI (Hutan Tanaman Industri) ini akan membangun pabrik seluas 200-300 meter persegi di sekitar area hutan mereka di Sukabumi (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Kediri (Jawa Timur).
Direktur Keuangan dan Plt Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Perhutani ANS Kosasih mengatakan pembagunan pabrik tersebut meruakan bagian dari alokasi anggaran belanja modal (capital exependiture/capex) sebesar 964 miliar rupiah di tahun ini.
“Sebanyak 600 miliar rupiah akan kami gunakan uninvestasi pengembangan area hutan. Sisanya 300 miliar rupiah untuk pembangunan tnfrastrukrur,” kata Kosasih di Jakarta, pekan lalu.
Rencananya, Perhutani mulai membangun ketiga pabrik pengolahan getah pinus menjadi gum rosin secara serentak pada Agustus 2011. Saat ini, ujar Kosasih, pihaknya tengah menjalani proses feasibility studies. Diharapkan pembangunan ketiga pabrik itu bisa rampung pada Juli 2012.
Menurut Kosasih, pabrik tersebut dapat memproduksi 100 ribu ton gum rosin setiap tahunnya. Namun, di tahun pertama produksi, yakni pada 2012 mendatang, Kosasih menuturkan Perhutani menargetkan volume produksi gum rosin dapat dipenuhi tak kurang dari 50ribu ton.
“Selama ini Perhutani cuma jual komoditas mentahya saja, yakni getah karet. Padahal, kebutuhan pasar terhadap gum rosin cukup tinggi. Di sinilah Perhutani akan mengambil peran,” ungkapnya. Gum rosin merupakan bahan kimia hasil olahan getah karet yang dapat digunakan untuk industri kertas, ban, tinta, cat, lem, hingga kosmetika.
Terkait dengan sumber pendanaan, Kosasih menjelaskan, pihaknya telah mendapat kornitrnen fasilitas perbankan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk senllai 1,964 triliun rupiah pada awal pekan lalu.
Pendapatan Naik
Berdasarkan catatan yang dilansir Perhutani, saat ini harga jual gum rosin di pasar dunia berada di kisaran 2.500- 2.800 dollar AS atau setara 22,5 juta – 25,2 juta rupiah per ton. Dengan perhitungan harga jual tersebut serta ditambah dengan tingginya permintaan pasar terhadap gum rosin, Perhutani optimistis pembangunan tiga pabrik tersebut mampu mendongkrak pendapatan mereka sebanyak 25 persen.
Diakui Kosasih, sampai saat ini, 50 persen dari total pendapatan Perhutani disumbang dari penjualan produksi getah karet mentah (gondorukem). Tahun ini, perusahaan pelat merah yang bergerak di usaha kehutanan itu menargetikan perolehan pendapatan 4,1 triliun rupiah dengan laba bersih 300 miliar rupiah.
“Apabila semua berjalan sesuai rencana, tahun depan, Perhutani bisa meraih pendapatan di atas 5 triliun rupiah,” tutur Kosasih.
Target pendapatan tersebut meningkat sekitar 135 persen bila dibanding tahun sebelumnya, Pada 2010, Perhutani mencatatkan pendapatan 1,398 triliun rupiah dengan raupan laba bersih 209 miliar rupiah.
Capaian pendapatan tersebut, selain berasal dari penjualan gondorukem yang diekspor ke Eropa, China, India, Amerika Serikat, dan Korea, diperoleh dari penjualan sejumlah komoditas lainnya, seperti hasil Industri kayu cepu dan brumbung, berupa garden furniture dan flooring, ke pasar Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Asia.
Nama Media : KORAN JAKARTA
Tanggal : Senin, 6 Juni 2011 hal 11
TONE : POSITIVE
Direktur Keuangan dan Plt Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Perhutani ANS Kosasih mengatakan pembagunan pabrik tersebut meruakan bagian dari alokasi anggaran belanja modal (capital exependiture/capex) sebesar 964 miliar rupiah di tahun ini.
“Sebanyak 600 miliar rupiah akan kami gunakan uninvestasi pengembangan area hutan. Sisanya 300 miliar rupiah untuk pembangunan tnfrastrukrur,” kata Kosasih di Jakarta, pekan lalu.
Rencananya, Perhutani mulai membangun ketiga pabrik pengolahan getah pinus menjadi gum rosin secara serentak pada Agustus 2011. Saat ini, ujar Kosasih, pihaknya tengah menjalani proses feasibility studies. Diharapkan pembangunan ketiga pabrik itu bisa rampung pada Juli 2012.
Menurut Kosasih, pabrik tersebut dapat memproduksi 100 ribu ton gum rosin setiap tahunnya. Namun, di tahun pertama produksi, yakni pada 2012 mendatang, Kosasih menuturkan Perhutani menargetkan volume produksi gum rosin dapat dipenuhi tak kurang dari 50ribu ton.
“Selama ini Perhutani cuma jual komoditas mentahya saja, yakni getah karet. Padahal, kebutuhan pasar terhadap gum rosin cukup tinggi. Di sinilah Perhutani akan mengambil peran,” ungkapnya. Gum rosin merupakan bahan kimia hasil olahan getah karet yang dapat digunakan untuk industri kertas, ban, tinta, cat, lem, hingga kosmetika.
Terkait dengan sumber pendanaan, Kosasih menjelaskan, pihaknya telah mendapat kornitrnen fasilitas perbankan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk senllai 1,964 triliun rupiah pada awal pekan lalu.
Pendapatan Naik
Berdasarkan catatan yang dilansir Perhutani, saat ini harga jual gum rosin di pasar dunia berada di kisaran 2.500- 2.800 dollar AS atau setara 22,5 juta – 25,2 juta rupiah per ton. Dengan perhitungan harga jual tersebut serta ditambah dengan tingginya permintaan pasar terhadap gum rosin, Perhutani optimistis pembangunan tiga pabrik tersebut mampu mendongkrak pendapatan mereka sebanyak 25 persen.
Diakui Kosasih, sampai saat ini, 50 persen dari total pendapatan Perhutani disumbang dari penjualan produksi getah karet mentah (gondorukem). Tahun ini, perusahaan pelat merah yang bergerak di usaha kehutanan itu menargetikan perolehan pendapatan 4,1 triliun rupiah dengan laba bersih 300 miliar rupiah.
“Apabila semua berjalan sesuai rencana, tahun depan, Perhutani bisa meraih pendapatan di atas 5 triliun rupiah,” tutur Kosasih.
Target pendapatan tersebut meningkat sekitar 135 persen bila dibanding tahun sebelumnya, Pada 2010, Perhutani mencatatkan pendapatan 1,398 triliun rupiah dengan raupan laba bersih 209 miliar rupiah.
Capaian pendapatan tersebut, selain berasal dari penjualan gondorukem yang diekspor ke Eropa, China, India, Amerika Serikat, dan Korea, diperoleh dari penjualan sejumlah komoditas lainnya, seperti hasil Industri kayu cepu dan brumbung, berupa garden furniture dan flooring, ke pasar Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Asia.
Nama Media : KORAN JAKARTA
Tanggal : Senin, 6 Juni 2011 hal 11
TONE : POSITIVE