Kontan, JAKARTA – Perum Perhutani berupaya meningkatkan layanan sistem penjualan kayu. Tahun depan, perusahaan yang bergerak di bisnis kehutanan plat merah ini akan meluncurkan lelang kayu dengan menggunakan sistem online yang baru. Saat ini memang sudah ada sistem lelang kayu elektronik melalui iPasar.
Nantinya, Perhutani akan memiliki sistem lelang kayu elektronik sendiri. “Kami ingin memudahkan konsumen untuk membeli kayu dari Perhutani,” ujar Soebagja, Direktur Pemasaran Perhutani, kemarin. Saat ini ada empat cara untuk membeli kayu Perhutani. Pertama dengan menggunakan sistem kontrak. Sistem ini khusus untuk pembelian kayu dengan volume besar, yakni minimal 200 meter kubik.
Sistem kedua adalah dengan membeli langsung kayu di lapak milik Perhutani. Cara ketiga, pembelian kayu di Perhutani dapat dilakukan melalui lelang konvensional yang diadakan dua kali dalam seminggu. Cara terakhir atau keempat adalah pembelian melalui lelang online melalui iPasar. Untuk mengikuti lelang elektronik, pembeli harus mendaftar menjadi anggota iPasar.
“Dengan sistem lelang baru, pembeli tidak perlu lagi mendaftar menjadi anggota untuk ikut menjadi peserta lelang,” jelas Soebagja. Maklum, lantaran harus mendaftar menjadi anggota, kata Soebagja, lelang elektronik selama ini tidak disukai oleh pembeli. Selain itu hanya pabrikan besar yang bisa mengikuti lelang kayu online. Padahal, banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ingin membeli kayu Perhutani.
Meski telah dijalankan sejak tahun 2011, penghasilan dari lelang kayu elektronik hanya Rp 2 miliar per bulan atau Rp 24 miliar per tahun. “Bandingkan dengan pendapatan Perhutani yang mencapai Rp 300 miliar,” katanya. Harga kayu bisa naik Selain memudahkan pelanggan, Perhutani juga mengharapkan kenaikan harga jual kayu.
Misalnya, setiap meter kubik kayu jati gelondongan milik Perhutani biasanya dijual sebesar Rp 3,5 juta hingga Rp 4,5 juta di iPasar. Dengan sistem online mandiri, harga kayu jati gelondongan bisa naik 10% sampai 15%.
Rencana ini baru bisa terealisasi tahun depan. Sebab, Perhutani masih harus menyiapkan jaringan internet. “Tidak semua lokasi Perhutani memiliki jaringan internet yang baik,” katanya.
Pabrik Baru Plywood Perhutani Belum Maksimal
PABRIK kayu lapis (plywood) di Kediri, Jawa Timur milik Perhutani yang beroperasi akhir Juni 2013 belum beroperasi penuh. Tadinya, pabrik tersebut ditargetkan mengolah kayu sebesar 48.000 meter kubik per tahun. Namun, sampai awal Oktober ini, pabrik hanya mampu mengolah kayu sebesar 1.200 meter kubik per bulan.
Dampaknya, Perhutani tak optimis mampu meraup pendapatan sebesar Rp 72 miliar dari penjualan plywood. Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani, menyatakan, ada beberapa alat yang perlu ditambah untuk mempercepat proses produksi.
Salah satunya, mesin pemanas. “Kami akan beli tambahan mesin pemanas untuk mempercepat proses produksi. Tidak mahal, sekitar beberapa ratus juta,” kata Bambang, kemarin.
Meski belum berkapasitas maksimal, perseroan pelat merah ini telah menjual 5.000 meter kubik plywood dengan harga kisaran US$ 350 sampai US$ 400 per meter kubik.
“Harga kayu lapis Perhutani saat ini bagus karena kualitasnya juga baik,” ujar Bambang bangga. Untuk menjaga kelangsungan bahan baku pabrik, Perhutani akan menambah lahan pohon sengon. Saat ini luas areal tanam sengon mencapai 10.000 hektare.
Jurnalis : Noor M Falih
Kontan | 08 Oktober 2013 | Hal.7