Perhutani Buka Kompetisi IDC Berstandar Internasional

METROTVNEWS, JAKARTA : Perum Perhutani telah membuka penyelenggaraan kegiatan “Indonesia Designer Challenge 2016”. IDC merupakan ajang untuk mengidentifikasi talenta berbakat dalam mendesain mebel sampai hasilnya dapat diterima pasar.

Penyelenggaraan IDC ini bekerja sama dengan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI), bertempat di ruang galeria Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti Jakarta, Kamis 29 Oktober. Demikian seperti dikutip dalam siaran persnya, di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).

Direktur Utama dari perusahaan produsen kayu jati berkualitas tinggi dan bersertifikat internasional, Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mendukung penuh kegiatan IDC 2016 ini, dengan penggunaan bahan baku kayu jati yang bersumber dari hutan-hutan Perhutani khususnya yang bersertifikat FSC.

“Total kayu bundar (log) jati Perhutani bersertifikat FSC lebih kurang 400.000 m3. Kayu-kayu bersertifikat sebagian diolah di industri-industri kayu Perhutani di Cepu, Brumbung, dan Gresik yang juga bersertifikat FSC dengan kapasitas total 60.000 m3,” tuturnya.

Kompetisi ini, lanjut dia, juga sebagai tantangan bagi para desainer agar dapat menciptakan inovasi desain kayu jati berdiameter kurang dari 20 cm. Karena dengan model pengelolaan hutan yang adaptif terhadap dinamika sosial dan lingkungan, produksi kayu dengan diameter kurang dari 20 cm akan semakin besar potensinya.

Perum Perhutani mendukung Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) bersama Forest Stewardship Council® (FSC®) dan William E. Connor & Associates Ltd. (WECA) serta BioIndustri bekerjasama meningkatkan daya saing mebel Indonesia melalui kompetisi desain mebel yang disebut dengan Indonesia Designer Challenge (IDC) 2016. IDC 2016 merupakan ajang kompetisi desainer pertama di Indonesia yang bertujuan menempatkan para desainer Indonesia sebagai poros utama penggerak industri kreatif di Indonesia dengan menekankan pada proses produksi dan penggunaan bahan baku kayu dan bahan penunjang lain yang ramah lingkungan.

Ketua HDMI Bambang Kartono Kurniawan, menambahkan, peran desainer dalam industri mebel masih sangat lemah. Para desainer mebel Indonesia, diakuinya diberi ruang tampil dalam setiap event pameran internasional, namun desain yang dihasilkan masih dipandang sebatas pemanis visual semata.

“Padahal peran desainer sangat penting dalam menentukan daya saing mebel kita di dunia internasional. Lemahnya riset selera pasar, isu lingkungan, dan sulitnya menjalin kerja sama dengan industri masih menjadi hambatan bagi para desainer sehingga performa desainer Indonesia tidak menonjol di mata para buyers dan industri,” papar Bambang.

Perwakilan dari WECA, perusahaan global bidang merchandising-sourcing yang mewakili puluhan klien internasional, Tophan Anggoro Putra, memaparkan, jika desain mebel dari Indonesia kini telah tertinggal lima tahun dari negara-negara lain.

“Para buyer dari Amerika maupun Eropa tidak melihat desain mebel baru dan inovatif yang muncul dari Indonesia, sehingga mebel Indonesia kurang mampu bersaing dibanding negara lain. Hal ini diperburuk lagi dengan kenyataan bahwa mayoritas para desainer Indonesia tidak bisa memperoleh data mengenai prediksi tren pasar terbaru dan selalu ketinggalan,” beber Tophan.

Oleh karena itu, kompetisi IDC-2016 yang pertama kali digelar di Indonesia ini diharapkan akan menjadi ikon baru dalam industri furnitur berbasis desain di Indonesia. IDC menyediakan solusi di mana desainer, industri, dan pasar bisa terhubung dengan baik sehingga mampu bersaing di tengah persaingan global.

IDC dirancang sebagai ajang untuk mengidentifikasi talenta berbakat dari Indonesia dan berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pesertanya sehingga hasilnya dapat diterima pasar. Dalam kompetisi ini perwakilan para buyer internasional akan menilai langsung karya para desainer.

IDC-2016 bertema More Than Wood, mengangkat tema kayu untuk memberikan dorongan bagi designer menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan melalui sentuhan desain terhadap produk berbasis kayu sehingga berdampak nyata bagi upaya konservasi hutan di Indonesia.

Desain diharapkan dapat meningkatkan nilai produk kayu, khususnya kayu yang berasal dari hutan alam maupun hutan tanaman yang berumur panjang, dari sekadar produk massal; seperti plywood, lantai, komponen bangunan yang cenderung eksploitatif yang berpeluang meningkatkan laju kerusakan kehilangan hutan alam; menjadi produk bernilai dan berharga tinggi, sehingga dapat menekan tingkat eksploitasi hutan dan memberikan kesempatan bagi hutan memulihkan kondisinya.

“Penggunaan bahan baku kayu dari hutan yang telah bersertifikat FSC, yang melambangkan hutan yang dikelola secara bertanggunjawab, kita harapkan mampu mendapatkan perhatian lebih dari konsumen global, khususnya Amerika dan Eropa sehingga mampu mendorong nilai kompetitif desain mebel dari Indonesia,” jelas FSC Perwakilan Indonesia, Hartono Prabowo.

FSC adalah lembaga swadaya masyarakat, nirlaba, dan independen yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggungjawab di seluruh dunia. Melalui sistem sertifikasi yang ketat, FSC menyiapkan standar yang diakui secara internasional agar perusahaan dan komunitas pengelola hutan dapat terdorong dan mengembangkan praktik kehutanan yang lebih baik dan bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan di Indonesia dan juga dunia.

Dalam sejarah sertifikasi hutan di Indonesia dengan standar FSC, Perum Perhutani merupakan perusahaan pertama di dunia yang mendapat sertifikat Well Managed Forest tersebut pada 1990. Selain telah mengantongi Sertifikat Legalitas Kayu (SLK) untuk seluruh unit manajemen sesuai mandatory yang ditetapkan pemerintah, Perum Perhutani juga menerapkan sertifikasi voluntary guna pelayanan prima.

Setelah mengalami pasang surut proses sertifikasi hutan, saat ini ada tujuh unit manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani seperti KPH Madiun, KPH Banyuwangi Utara, KPH Cepu, KPH Randublatung, KPH Kebonharjo, KPH Kendal dan KPH Ciamis telah mengantongi sertifikat sustainable forest management standar FSC ini. Diharapkan jumlah unit manajemen akan semakin bertambah, apabila KPH Banten dalam waktu dekat lolos proses sertifikasi FSC ini.

Program sertifikasi hutan secara mandatory dan voluntary merupakan salah satu dari komitmen Perum Perhutani sebagaimana Visi Perusahaan yaitu “Menjadi Perusahaan Unggul Dalam Pengelolaan Hutan Lestari”.

Nantinya, sosialisasi lomba akan diadakan di lima kota yaitu Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Selain itu juga promosi melalui media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Diharapkan nantinya 50 desain dan konsep yang masuk serta 20 nominator desain, konsep dan prototypenya akan dipamerkan di pameran mebel internasional di Jakarta pada 2016.

Tanggal : 31 Oktober 2015
Sumber : Metrotvnews.com

Share:
[addtoany]