BISNIS.TEMPO.CO (28/5/2017) | Perum Perhutani kini tengah mempertimbangkan sejumlah investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan wisata ecopark di lahan seluas 600 hektare dari 9.000 hektare milik Perhutani di Sentul, Jawa Barat. Diharapkan pada 2018, pemasangan tiang pancang pembangunan sudah bisa dilakukan.
Dalam masterplan yang disiapkan sejak empat tahun lalu, kebutuhan investasi untuk proyek besar ini senilai Rp 5 triliun. Ada tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan Cina, dan empat perusahaan lokal salah satunya perusahaan properti, telah menyampaikan niat untuk bekerjasama.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Maulana menyampaikan Perhutani telah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan kawasan ecopark sejak empat tahun lalu. Investasi pengembangan masih akan mengandalkan sumber dana dari investor dan perbankan, karena kondisi keuangan Perhutani tidak memungkinkan setelah sempat merugi tahun lalu.
Laporan keuangan perusahaan menunjukkan sampai akhir Maret 2016, Perhutani mengalami kerugian Rp 321 miliar, ditambah masih banyak kewajiban yang belum terpenuhi seperti kewajiban pajak, tambahan dana pensiun, peningkatan status karyawan. Meski kemudian, pada kuartal pertama tahun ini, Perhutani mencatat laba Rp 121 miliar atau meningkat 138 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Diakuinya, sektor pariwisata menjadi fokus Perhutani tahun ini, meski kontribusinya baru 2 persen terhadap pendapatan perusahaan. Denaldy optimis melalui rebranding 236 lokasi wisata Perhutani dan pengembangan ecopark, dapat memberikan kontribusi 20 persen selama kurun waktu dua tahun ke depan.
Di negara-negara maju, kontribusi pegembangan pariwisata hutan mencapai 10-45 persen. Ecopark berkelas dunia itu mengusung konsep keseimbangan ekosistem alam dan hiburan seperti agroforestry, silvopasture, serta memanfaatkan energi berbasis lingkungan.
Sumber : bisnis.tempo.co
Tanggal : 28 Mei 2017