Perhutani Catat Laba Rp121 Miliar

METROTVNEWS.COM (24/5/2017) | Perum Perhutani mencatat laba sebesar Rp121 miliar pada kuartal satu (Q1) 2017. Pencapaian ini memperlihatkan kinerja positif atau meningkat 138 persen dibanding 2016 Year of Year (YoY) yang merugi Rp321 miliar.

Selain kerugian sebesar Rp321 miliar, Perhutani juga digelayuti banyak kewajiban yang belum terpenuhi. Misalnya, kewajiban pajak, tambahan dana pensiun, dan peningkatan status karyawan.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna mengatakan, kinerja apik pada Q1 2017 ini karena upaya transformasi bisnis, ditopang dengan penurunan biaya pokok penjualan dan biaya usaha. Meski dari sisi pendapatan belum sesuai harapan, toh Perhutani berhasil melakukan transformasi bisnis. Keberhasilan ini ditandai penghargaan The Most Promosing Company in Marketing 3.0 dalam ajang Marketeers Awards 2017.

“Penghargaan ini mengapresiasi kinerja Perhutani dari sisi pemasaran mulai dari tingkat strategic, taktik, hingga ke implementasi branding campaign. Titik berat penilaian termasuk inovasi yang dilakukan di era digitalisasi. Tantangan di Perhutani, menjual kayu dengan variasi tinggi diyakini hanya bisa dijual secara konvensional,” katanya saat jumpa pers di Kantor Perhutani, Gatot Subroto, Jakarta, Rabu 24 Mei 2017

Denaldy menjelaskan, penjualan secara online selama ini dipersepsikan hanya untuk produk-produk yang variasinya tidak tinggi. Tapi melalui proses uji coba dan mekanisme ketat, Perhutani bisa mewujudkan penjualan kayu secara online melalui online Toko Perhutani. Melalui mekanisme online ini transaksi jual beli kayu menjadi transparan.

Keberhasilan ini, kata dia, bagian dari rangkaian transformasi bisnis yang tengah dilakukan di perusahaan pelat merah, sejak dia didapuk jadi Direktur Utama Perum Perhutani pada akhir Agustus 2016.

Saat dia bergabung, kondisi perusahaan beberapa tahun terakhir terus memburuk dari sisi kinerja keuangan, operasional serta kualitas sumberdaya hutannya. Data statistik lima tahun terakhir (2010–2015) menggambarkan secara objektif kondisi tersebut. Pada tahun 2016 kata dia, merupakan tahun tersulit, yang mengharuskan perusahaan bertransformasi dengan cepat bila ingin tetap exist.

Ketika perusahaan tidak sehat, kata dia, menyelesaikan masalahnya tidak bisa dengan pendekatan biasa dan parsial. Tapi harus dilihat pula bagaimana struktur organisasi, operasional keuangan dan budaya kerja yang ada di perusahaan selama ini.

Sumber : metrotvnews.com

Tanggal : 24 Mei 2017