RANDUBLATUNG, PERHUTANI (18/5/2017) | Perum Perhutani bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada membuat demplot agroforestry dengan jarak tanam 6×2 m, 8×2 m dan 10×2 m untuk tanaman kehutanan, palawija dan padi gogo di petak 27 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Banyuasin, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung.
Menurut Ahli Kehutanan Indonesia Prof. Dr. Ir. Moh. Naiem, MAgr.Sc, saat ke lokasi tersebut beberapa waktu lalu (8/5), pembangunan hutan produksi di Indonesia harus berimbang antara fungsi hutan untuk produksi dan kemakmuran masyarakat dengan kelestarian hutan sehingga tercipta forest for wood, forest for food dan forest for meat.
Menurutnya jarak tanam tersebut diperkirakan menghasilkan tegakan akhir pohon jati sekitar 200–250 pohon/ha, sementara Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di desa Ngliron akan memperoleh hasil palawija, padi gogo dan tanaman lain.
“Pembangunan hutan di Indonesia harus bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan. Selama ini sudah dilakukan oleh pemerintah diawali dari hutan di Jawa. Ide dasarnya adalah kita melihat populasi penduduk Jawa 65% dari penduduk di Indonesia, sehingga mau tidak mau tekanan terhadap hutan di Jawa akan semakin meningkat. Logikanya semakin bertambah penduduk maka penyediaan pangan bagi mereka khususnya yang berada di sekitar kawasan hutan juga bertambah. Kita tidak ingin hutan di Jawa menjadi termajinalkan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk tersebut. Pembangunan hutan harus tetap berjalan dan hutan juga harus lestari. Caranya kita membangun hutan bersama masyarakat dengan memberikan kesempatan mereka menanam palawija di dalam kawasan hutan. Kedepan bisa saja dimunculkan produk unggulan padi gogo dengan produktivitas tinggi, rasa beras yang enak hasil kerjasama antara Perhutani, UGM dan LMDH. Kita ingin hutan ini menjadi forest for wood, forest for food juga forest for meat, melalui pengembangan ternak sapi kereman dengan pakan dari kawasan hutan berupa jerami atau rumput. Ini bisa mengurai permasalahan sosial masyarakat sekitar hutan khususnya di bidang ekonomi pedesaan,” demikian Naiem. (Kom-PHT/Rdb/ANS)
Editor: Soe
Copyright©2017