Perhutani dan Inhutani Bangun Pabrik Sagu Di Papua

Kementerian BUMN menugaskan Perum Perhutani dan PT Inhutani I-V untuk membangun pabrik pengolahan sekaligus perkebunan sagu di Papua. Pembangunan pabrik ini dilakukan untuk menghilangkan ancaman krisis pangan di daerah tersebut.

Menteri BUMN Dahlan Iskan menjelaskan, pembangunan pabrik sagu ini dilakukan sebagai respons dari BUMN terkait proyek pemerlntah untuk melayani Papua lebih baik. Selain itu, Perhutani dan Inhutani juga harus mulai bekerjasama secara operasional dengan cara membangun pabrik pengolahan sagu. “Ini sebagai respons dari BUMN untuk ikut proyek pemerintah yang sekarang sedang didorong untuk melayani Papua lebih baik,’ ujar Dahlan Iskan di Jakarta, Selasa (24/1).

Dahlan menjelaskan, potensi sagu di Provinsi Papua sangat besar, sehingga BUMN tidak perlu lagi membuka lahan perkebunan sagu. Selain itu, penanaman tanaman sagu pun tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga untuk mewujudkan proyek ini tidak dibutuhkan waktu lama. “Cukup merawat hutan sagu yang telah ada. Jadi, Perhutani dan Inhutani cukup membuat pabrik pengolahan sagu,” tutur dia.

Pembangunan pabrik pengolahan sagu tersebut juga hanya membutuhkan investasi sekitar Rp 50 miliar. Sagu yang dihasilkan kemudian dapat memperkuat cadangan pangan, sehingga bisa menghilangkan krisis pangan di Papua. “Jika produksi nanti berlebih, bisa dipasarkan ke Indonesia Barat, tetapi kami utamakan untuk Papua dulu,” tegas dia.

Dahlan menilai, pendistribusian barang ke Indonesia Barat dari Papua dapat pula memperbaiki sistem distribusi angkutan kapal. Pasalnya, selama ini sistem angkutan dari Indonesia Barat ke Papua sangat penuh. Namun, saat kapal kembali, hampir tidak ada muatan dalam kapal, sehingga ongkos pengapalan menjadi mahal.

Saat ini, tim survei dari Perhutani maupun Inhutani segera menuju Papua untuk menentukan lokasi pembangunan pabrik dan menyusun rencana bisnis. Program ini, menurut Dahlan, merupakan usulan dari Kadin Papua pekan lalu yang bertemu dengan Wakil Presiden Boediono dan dirinya.

Tantangan Kian Berat
Sementara itu, Kementerian BUMN mengumpulkan direksi dan komisaris dari 141 BUMN untuk memperoleh pencerahan dari Ary Ginandjar Agustian, pendiri Emotional Spiritual Quotion (ESQ), dengan tema “Menuju BUMN Berkinerja Tinggi Melalui Pembangunan Budaya Kerja”.”BUMN saat ini menghadapi tantangan yang kian besar, sehingga membutuhkan pola berpikir yang praktis, efisien, dan bernilai,” kata Dahlan dalam sambutan pembukaan aeara tersebut.

Materi ceramah meliputi lima poin, yakni tantangan BUMN saat ini, pentingnya pembangunan kerja di BUMN, accelerated culture transformation di BUMN, tahapan accelerated culture transformation, dan mitra pembangunan budaya.

Menurut Dahlan, BUMN kini berhadapan dengan situasi yang terus berubah dan tuntutan yang terus meningkat. Beberapa situasi eksternal yang harus dihadapi BUMN antara lain kompetisi, peningkatan ekspektasi pelanggan, serta percepatan perkembangan teknologi. “Agar dapat berkinerja tinggi, BUMN harus menemukan cara berpikir, sudut pandang, dan aturan baru melalui sebuah transformasi,”  kata dia.

Sementara itu, Ary Ginanjar mengatakan, dua jenis transformasi yang harus dilalui BUMN adalah transformasi budaya dan transformasi bisnis. Transformasi budaya didasarkan pada visi, misi, nilai, dan arti penting dari perubah sedangkan transformasi bisnis meliputi struktur, dan manajemen. (ef)

INVESTOR DAILY :: 25 Januari 2012, Hal 25

Share:
[addtoany]