Perhutani Diminta Kembangkan Porang

Kementerian Badan Usaha Milik Negara mendorong Perum Perhu­tani untuk mengembangkan tanaman po­­rang seluas 1.200 hektare di Blora, Jawa Timur. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menuturkan po­­rang merupakan tanaman yang dapat di­­gunakan untuk membuat tepung.
Menurutnya, porang adalah tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh de­­ngan lingkungan yang teduh di dalam hutan. Umbi ini bermanfaat untuk bahan-bahan lem, mie, tahu, pembungkus kapsul, dan penguat kertas. Penanaman tanaman sela ini, ujarnya, dinilai efektif untuk mengentaskan ke­­mis­kinan karena hasilnya akan mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan jahe.
“Langkah untuk mengajak masyarakat agar kehidupannya lebih meningkat hasil dari menanam porang,” ujarnya da­­lam rapat bersama direksi Perhutani di Ke­­menterian BUMN, Selasa (29/1). Rapat bersama direksi Perhutani tersebut dilakukan untuk membahas program pengentasan kemiskinan di daerah sekitar lahan milik Perhutani. Dahlan menye­tujui ide Perhutani untuk menanam ta­­naman porang di dalam hutan dengan memanfaatkan tenaga kerja masyarakat miskin daerah sekitar.
“Masyarakat sekitar hutan banyak yang miskin sehingga ada yang mengganggu hutan. Porang ini perlu dikembangkan besar-besaran sebagai bisnis dan pengentasan miskin,” katanya. Dahlan meminta Perhutani agar mencari masyarakat miskin yang menganggur di Kabupaten Blora dan sekitarnya un­­tuk dipekerjakan sebagai kelompok ma­­syarakat. Bahkan dalam sistem penggajian, Dahlan meminta program bagi hasil.
“Saya tidak mau ini hanya sebagai bu­­ruh, bisa dihitung sistem bagi hasilnya be­­rapa persen. Perhutani dapat sedikit juga tidak apa-apa,” tegasnya. Dalam presentasinya, 1 hektare la­­han akan membutuhkan sekitar 3—4 orang pekerja dari kalangan masyarakat. Tum­buh­an ini akan ditanam pada musim ke­­marau di saat masyarakat sekitar sama sekali tidak mempunyai pendapatan.
Dahlan mengaku penanaman porang ini masih terkendala masalah bibit yang susah dan langkah. Untuk itu, Kemen­te­rian BUMN meminta Perhutani untuk men­­cukupinya. “Bibit dibangun di Blora diusahakan dan dicari bibit untuk 1.200 hektare. H­a­rus kerja keras,” tuturnya. Saat rapat, Dahlan meminta penjelasan soal tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) yang belum jelas dari bisnis tanaman porang. Setelah dihitung, tingkat IRR dari bisnis tanaman porang sangat baik. Herdiyan 

Bisnis Indonesia hal.26 ::: 30 Januari 2013

Share:
[addtoany]