Perhutani Dorong Perilaku Green Consumer Makin Meluas

TRIBUNNEWS.COM (26/9/2017) | Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna mengajak konsumen kayu dan masyarakat untuk peduli kelestarian hutan dengan menggunakan produk-produk berbahan baku berasal dari hutan yang dikelola perusahaan secara bertanggung jawab terhadap lingkungan.

“Konsumen bisa menerapkan wawasan ramah lingkungan di setiap tindakan konsumsinya,” kata Denaldy di Jakarta, Senin (25/9).

Menurutnya, saat ini konsumen tidak lagi hanya melihat harga sebagai faktor penentu pemilihan produk, melainkan juga kepercayaan terhadap perusahaan yang bereputasi ramah lingkungan dan memiliki komitmen sosial.

Perhutani terus mendorong perilaku green consumer bisa semakin meluas apalagi perusahaan-perusahaan kehutanan di Eropa, USA bahkan Afrika Selatan penghasil produk kayu dan kertas telah melakukan hal ini.

“Sebagai produsen kita berperan memberi edukasi dan mengajak masyarakat global ambil bagian dalam pelestarian lingkungan, khususnya hutan,” katanya.

Berdasarkan hasil survei Nielsen tahun 2015 menunjukkan bahwa 66% responden global bersedia membayar lebih untuk produk dan layanan yang berasal dari perusahaan yang berkomitmen terhadap sosial dan lingkungan yang positif, naik dari 55% pada tahun 2014, termasuk responden generasi Z (15-20 tahun) kenaikan menjadi 72% dibanding tahun 2014 sebesar 55%.

“Siapapun bisa ikut serta melestarikan hutan. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah menggunakan produk-produk yang jelas berasal dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan dan memberi manfaat sosial bagi masyarakat. Informasi untuk menengarai produk ramah lingkungan sudah banyak di pasaran” kata Denaldy.

Pengelolaan hutan Perhutani telah menerapkan sepuluh prinsip Sustainable Forest Management mengacu standar internasional Forest Stewardship Council (FSC).

Bahkan pada tahun 1990, Perhutani merupakan perusahaan kehutanan pertama di dunia yang mendapat sertifikat Internasional “Sustainable Forest Management” dari Smartwood Rain Forest Allience , lembaga sertifikasi kehutanan dari Amerika Serikat.

Meskipun sertifikat pernah ditangguhkan pada awal reformasi tahun 1998 karena kasus penjarahan hutan, namun Perhutani mampu melakukan perbaikan berkelanjutan sehingga meraih kembali sertifikat FSC pada 2011.

Hasil studi komprehensif FSC tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 300 juta m3 kayu bersertifikasi FSC-FM/CoC dipanen setiap tahun. Sampai dengan September 2017, terdapat 197.817.395 Ha hutan bersertifikat FSC-FM/CoC di 84 Negara di dunia termasuk Indonesia.

Di Indonesia, terdapat 39 perusahaan pengelola hutan atau Forest Management (FM) memperoleh sertifikat FSC FM/CoC, dengan total hutan seluas 4.089.332 Ha, termasuk wilayah hutan Perhutani di pulau Jawa seluas 276.864 Ha.

Unit manajemen pengelolaan Perhutani yang bersertifikat FSC FM/CoC adalah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, KPH Randublatung, KPH Ciamis, KPH Kebonharjo, KPH Kendal, KPH Madiun, KPH Banyuwangi Utara, KPH Banten dengan skema sertifikat multisite bernomor SGS-FM/CoC-010716 berlaku hingga tahun 2021.

Selain itu, seluruh wilayah pengelolaan hutan Perhutani di 57 KPH juga telah lolos verifikasi standar FSC Controlled Wood sejak 2014 dengan nomor verifikasi SGS CW/FM-010314.

FSC Controlled Wood ini menunjukkan bahwa kayu-kayu yang diproduksi dari hutan Perhutani tidak illegal; tidak melanggar hak-hak sipil dan hak-hak tradisional; tidak merusak kawasan bernilai konservasi tinggi ( High Conservation Value Area).

Kemudian tidak melakukan konversi hutan alam (primer/ skunder); dan tidak mengelola hutan dengan tanaman transgenic atau tanaman yang dihasilkan dari persilangan genetik atau modifikasi genetik.

Perhutani juga bermitra dengan masyarakat sekitar hutan, dan mereka mendapatkan bagi hasil produksi karena peran mereka dalam pengelolaan sumberdaya hutan.
Total produksi kayu Perhutani yang bersertifikat FSC FM/CoC tahun 2016 mencapai 120 ribu m 3terdiri dari kayu jati 100 ribu m 3 dan kayu rimba 20 ribu m 3 .

Sedangkan sampai Agustus 2017, Perhutani menghasilkan kayu bersertifikat sebanyak 101 ribu m 3 terdiri dari kayu Jati 91 ribu m 3 dan kayu rimba seperti Mahoni, Sonokeling, Johar, Akasia, Trembesi, Sengon, Gmelina sebanyak 10 ribu m 3 .

Seluruh kayu-kayu Perhutani tersebut dalam bentuk kayu bundar atau LOG tersebut dijual melalui sistem online di tokoperhutani.com.

“Melalui kegiatan Indonesia FSC Week 2017 ini, Perhutani mengajak konsumen, masyarakat juga generasi muda untuk peduli pada kelestarian sumberdaya hutan, mulai dari kesadaran memilih produk-produk ramah lingkungan,” katanya.

Sumber : tribunnews.com
Tanggal : 26 September 2017