Perum Perhutani akan menyelesaikan pembangunan pabrik pengolahan produk turunan gondorukem pertama di Asia Tenggara pada akhir tahun ini dan diharapkan bisa beroperasi pada kuartal II/ 2013.
Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto mengungkapkan pabrik pengolahan produk turunan (derivatif) gonorukem tersebut diperkirakan baru mulai beroperasi awal tahun depan, sementara pabrik pengolahan kayu sudah mulai melakukan produksi percobaan pada awal bulan ini.
“Jadi saat ini kami punya delapan pabrik yang mengelola gondorukem, tetapi belum punya pengelolaan derivatifnya. Nanti pabrik pertama di Asia Tenggara ini akan mengolah 15.000 ton terpentin per tahun dan 72.000 ton gonorukem per tahun,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/2).
Dari pengolahan gondorukem sebanyak 72.000 ton perum berharap dapat menghasilkan 18.000 ton gliserol rosin ester per tahun. Produk tersebut nantinya akan dilempar kepada pasar India, Jepang, Spanyol, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Singapura.
Sementara itu, sebanyak 15.000 ton terpentin per tahun diperkirakan dapat diolah menjadi 180 ton cineol per tahun, 3.900 ton Alpha-Pinene, 1.800 ton Alpha-Terpicenol, 150 ton Beta-Pinene, dan 105 ton D-Limonene.
Seperti derivatif gonorukem, derivatif terpentin diharap dapat terserap oleh pasar India, Jepang, Spanyol, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Singapura.
Selain itu produk turunan terpentin juga diperkirakan dapat menembus pasar Taiwan, Thailand, Malaysia, Srilanka, Nigeria, Prancis, dan Finlandia. Meski demikian bukan berarti seluruh produk akan diekspor.
Menurut Bambang, sekitar 70% dari hasil produksi pabrikan anyar tersebut akan digunakan untuk memenuhi permintaan pasar ekspor, sedangkan sisanya akan dilempar kepada pasar domestik.
Adapun dari target total produksi kimia hutan 1,21 juta ton pada 2013, perum menargetkan total produksi gondorukem dapat mencapai 73.220 ton, sedangkan produksi terpentin sebesar 15.218 ton. Sisanya adalah produksi minyak kayu putih 371.733 ton, kopal 424 ton, dan lak 23 ton.
Serupa dengan gondorukem, untuk pabrik pengolahan kayu plywood seluas 8,3 hektare di Pare, Kediri, perseroan memperkirakan 70% dari hasil produksinya akan diekspor, dan sisanya akan digunaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pabrik berkapasitas produksi 24.000 meter kubik plywood per tahun tersebut akan membutuhkan bahan mentah 48.000 meter kubik kayu sengon bulat yang berasal dari lahan seluas 100.000 hektare. Sedangkan target total produksi kayu sengon Perhutani diperkirakan dapat mencapai 104.125 meter kubik per tahun.
Selain kedua pabrik tersebut Bambang menambahkan pada tahun ini perum juga akan mengembangkan pabrik pengolahan kayu yang berasal dari limbah pabrik produksi pabrik plywood. Sebab itu pabrik yang rencananya akan mulai dibangun pada kuartal III/2012 ini akan berada satu komplek dengan pabrik plywood.
Pabrik itu akan membutuhkan investasi sekitar Rp30 miliar diharapkan dapat menghasilkan produk berupa parquet, papan, dan partisi. (Rika Novayanti)
Bisnis Indonesia hal. 26 :: Kamis, 28 Februari 2013