Perhutani Genjot Ekspor Produk Kayu

INVESTOR DAILY (04/10/2018) | Perum Perhutani terus berupaya menggenjot ekspor produk kayu demi membantu pemerintah meningkatkan perolehan devisa. Selain kembali membuka keran ekspor produk flooring sebanyak 10 kontainer ke Tiongkok, dalam waktu dekat perusahaan pelat merah tersebut juga akan melakukan ekspor perdana produk kayu jenis teak parquet, teak flooring, teak longstrip, dan teakskirt-ing ke berbagai negara di dunia.

Pekan lalu, Perhutani kembali membangkitkan ekspor produk industri kayu dari unit Industri Kayu Cepu (IKC) setelah dua tahun tidak melakukan pengiriman produk ke luar negeri. Ekspor perdana pada 2018 itu berupa produk flooring jenis E2E sebanyak 10 kontainer ke Shanghai, Tiongkok. Pengiriman dilakukan secara bertahap, tujuh kontainer pada Jumat (28/9) dan dilanjutkan tiga kontainer pada Sabtu (29/9). Ekspor ke Tiongkok akan dilakukan setiap bulan hingga Desember 2018 dengan target minimal 10 kontainer per bulannya. Pada 2019, rencana ekspor juga ditujukan ke berbagai negara ai Eropa.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna mengatakan, pihaknya terus mendorong ekspor produk kayu. Hal tersebut dilakukan sejalan dengan fokus bisnis Perhutani ke arah hilir demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Tahun ini, IKC memulai kembali ekspor produk/wring sebanyak 10 kontainer ke mitra di Tiongkok dan disusul pada tahun ini juga akan ada ekspor perdana dari Industri Kayu Brumbung (IKB) jenis teak parguet T&G, teak flooring T&G, teak longstrip, dan teak skirting ke berbagai negara,” jelas Denaldy Mauna di Jakarta, kemarin.

Denaldy mengharapkan, ke depan Perhutani akan terus melakukan ekspor dengan volume dan kualitas yang lebih baik lagi sehingga produksi industri kayu Perhutani selain dapat memperluas kesempatan tenaga keija, juga mampu mendorong perekonomian Indonesia dengan bertambahnya devisa negara. “Kemampuan Perhutani melakukan ekspor tahun ini merupakan hasil dari upaya revitalisasi industri kayu Perhutani dengan konsep restart dari seluruh aspek perusahaan,” jelas Denaldy.

Dengan perbaikan kondisi keuangan pada 2017, Perhutani mulai menggulirkan investasi untuk peremajaan mesin-mesin produksi. BUMN itu juga memperbaiki pengelolaan industri dan prosedur kerja melalui implementasi business process reengineering. Perhutani juga mengaktifkan project man-agement unit (PMU) dan fokus hanya memproduksi produk yang memiliki nilai lebih di pasaran. Restrukturisasi dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) juga dengan menempatkan tenaga profesional di bidang industri. “Ke depannya akan dilakukan transformasi produksi dan pemasaran dari proses bisnis konvensional /business to business (B to B) menjadi business to Customer (B to C),” kata dia.

Sampai September 2018, total penjualan ekspor Perhutani kurang lebih sudah mencapai 48% dari total penjualan Rp 2,60 triliun. Nilai ekspor tersebut telah mengalami pertumbuhan sebesar 37% (YoY). Selain ekspor pada industri kayu, ekspor produk utama adalah gondorukem dan terpenting yang digunakan terutama untuk industri adkesive dan tinta, serta alpha pinene untuk aroma wewangian, desinfektan dan cairan pembersih.

Perum Perhutani meraih pendapatan Rp 1,80 triliun pada semester 1-2018, atau naik 26% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Perbaikan kinerja keuangan tersebut seiring suksesnya langkah perusahaan pelat tersebut dalam melakukan upaya restrukturisasi perusahaan sejak kuartal IV-2016 dan transformasi bisnis yang mulai dijalankan pada 2017.

Laba bersih BUMN itu pada periode semester 1-2018 juga tumbuh 63% menjadi Rp 469 miliar, laba tersebut melampaui laba setahun 2017 sebesar Rp 406 miliar. Pada 2016, Perhutani merugi Rp 357 miliar. Dengan mulai membaiknya kondisi keuangan perusahaan, untuk dapat mendorong pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan maka Perhutani menganggarkan belanja modal (capex) tahun ini Rp 800 miliar.

Sumber : Investor Daily, hal. 7

Tanggal : 4 Oktober 2018