Perhutani Kembangkan Budi Daya Mangrove-Ikan

fisheri3-300x225INVESTOR DAILY INDONESIA (7/11/2016) | Perum Perhutani akan mengembangkan budi daya tanaman mangrove dengan ikan (wanamina atau silvofishery). Selain ingin mengoptimalkan pemanfaatan hutan mangrove, melalui silvofishery BUMN kehutanan tersebut berharap bisa membantu pemerintah dalam mendongkrak konsumsi ikan per kapita nasional, terutama di Pulau Jawa.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna mengatakan, pihaknya akan mengkombinasikan tanaman mangrove dengan budi daya ikan. Perhutani saat ini memiliki hutan mangrove di pinggir Pantai Utara dan Selatan Jawa yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani berkisas 43 ribu hektare (ha), sebagian di kesatuan pengelolaan hutan (KPH) seluas 15.897,21 ha. “Luasan yang bisa dimanfaatkan untuk silvofishery mencapai 11.317,17 ha yang berada di 20 desa di delapan kecamatan,” kata dia, akhir pekan lalu.
Hal itu disampaikan Denaldy saat melakukan kunjungan kerja ke hutan mangrove di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Jawa Barat, pada Jumat (4/11). Kunjungan kerja itu sekaligus untuk memetakan potensi yang dapat dikembangkan sekaligus bertemu dengan 11 kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah tersebut Ke-11 LMDH itu di antaranya Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Karya Wanabakti. Wana Pantura, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, dan Greenting.
Denaldy menuturkan, pemerintah saatini berupaya meningkatkan konsumsi ikan per kapita di Pulau Jawa yang masih di bawah konsumsi tingkat nasional. Sesuai Inpres No 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, peningkatan konsumsi itu bisa dicapai dengan peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan. “Dalam hal ini. Perhutani berperan dengan mengalokasikan hutan mangrove untuk budidaya pola silvofishery.” kata Denaldy dalam keterangan tertulisnya.
Terkait itu, kata dia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan darat. Silvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Usulan tersebut mendapat reaksi dari salah satu LMDH. Perwakilan LMDH Wana Sejati Sarjono mengharapkan, hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan melalui usaha silvofishery empang parit atau untuk wisata pantai. “Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk silvofishery hanya sebagian saja. Sedangkan bidang lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata dia.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam wadah LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani, serta rumput laut Produksi rata-rata bisa 2 ton per ha per tahun. “Apabila dikembangkan ikan mujair, produksinya bisa 1,5 ton per ha per tahun, sedangkan hasil udang alam 0,5 kilogram (kg) per ha per hari.” kata Sarjono.
 
Sumber : Investor Daily Indonesia, hal. 15
Tanggal : 7 November 2016