Perum Perhutani tengah mengembangkan usaha sektor kehutanan secara terpadu sebagai upaya untuk mengoptimalkan hasil usaha nonkayu. Dengan cara itu diharapkan ada keseimbangan hasil usaha dengan pelestarian lingkungan dari lokasi tersebut.
Kasi Humas Perum Perhutani Unit III, Yopita Sari, saat dikonfirmasi, kemarin, membenarkan hal tersebut. Menurut dia, upaya itu bertujuan meningkatkan bisnis Perhutani dari sektor hulu sampai hilir. Sejumlah kalangan di Perhutani Unit III menyebutkan, khusus untuk usaha nonkayu, selama ini yang telah digenjot adalah dari hasil bumi yang berbasis hasil hutan, misalnya beras huma dan beras merah, gula aren, madu, dll. Segmen pemasarannya pun sudah terbuka, karena komoditas-komoditas tersebut termasuk komoditas yang cepat laku di pasaran.
Begitu pula untuk usaha kayu, beberapa kalangan di Perhutani Unit III pun mengatakan, tengah dijajaki usaha sampai produk jadi, misalnya sanipai ke mebel atau kayu lapis. Selama ini, kedua segmen tersebut belum tergarap, dengan pertimbangan sebagai “pembagian segmen”, usaha hulu dari Perhutani, sedangkan hilir oleh industri lainnya.
Secera terpisah, ada investor yang berminat mengembangkan usaha kopi dalam bentuk roasting. Investor tersebut tampak melakukan perbincangan dengan Kaur Hugra Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan, Rudi Ahmad Heryadi.
Investor itu mengatakan, dengan minat investasi melalui produk roasting yang dikelola sejak dari lokasi di kawasan produksi, diharapkan produk kopi arabika Priangan akan memperoleh nilai tambah. “Kami mencoba memacu agar para petani desa hutan dapat memperoleh nilai tambah dari usaha kopi arabika dengan dijual langsung dalam bentuk roasting,” katanya.
Wisata sejarah
Sementara itu, pengembangan wisata dengan mempromosikan aspek sejarah segera dikembangkan oleh KPH Bandung Utara. Mereka berharap adanya ikon segmen wisata bernuansa positif di kawasan kehutanan di Bandung Utara. Administratur KPH Bandung Utara, Tri Lastono, mengatakan, cukup banyak potensi sejarah di kehutanan Bandung Utara belum dimunculkan. “Jika dikelola dan diprbmosikan lebih baik, diharapkan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, di mana wisata sejarah belakangan ini menjadi salah satu daya tarik utama para wisatawan,” ujarnya.
Pikiran Rakyat | 20 Agustus 2013 | Hal. 26
Jurnalis : A-81