Perhutani KPH Bandung Utara Pastikan Fungsi Ekologi Hutan Terjaga

CAKRAWALAMEDIA.CO.ID (27/08/2018) | Perhutani KPH Bandung Utara memastikan fungsi ekologi hutan yang digunakan sebagai objek wisata di wilayah Bandung Utara tetap terjaga dengan baik. Hal ini disampaikan Administratur KPH Bandung Utara Komarudin di Grafika Cikole Lembang, Senin (27/08/2018).

Komarudin mengatakan terkait dengan pengelolaan hutan lindung, Perhutani punya tiga misi yang harus dicapai. Yakni, misi ekologi ekonomi dan sosial. “Dengan adanya wisata hutan secara ekonomi dan sosial sudah berdampak besar terhadap masyarakat sekitar. Misalnya, penyerapan tenaga kerja, warung, rumah makan, toko souvenir sekitar kawasan wisata jadi hidup, dan pemda pun mendapat bebagai macam pajak” terangnya.

Menurut Komarudin, pembangunan wisata pun disesuaikan dengan ekologi atau lingkungan. Resapan air masih terjaga dengan baik. Sebab, dari total luas hutan yang ada, penetapan wana wisata dan pembangunan untuk sarana wisata tidak lebih dari 10% nya. “Selain itu, kebanyakan bangunan dibangun dengan design yang menyatu dengan alam seperti rumah panggung yang di bawahnya masih ada tanah. Sehingga masih bisa menyerap air,” jelas Komarudin.

Terkait dengan regenerasi pohon, Komarudin menerangkan pihaknya rutin secara berkala melakukan penanaman pohon setiap tahun. Terutama saat curah hujan sedang tinggi. “Tahun 2017 kami menanam 317 Hektar dan tahun 2018 seluas 311 Hektar. Dalam satu hektar kami tanam sekitar 625 bibit pohon baru untuk regenerasi. Tinggal dikalikan saja dengan total luas tanaman tiap tahun di KPH Bandung Utara,” sebutnya.

“Kami tidak bisa hanya terfokus pada sisi ekologi saja. Sebab, sisi ekonomi dan sosial pun harus diperhatikan,” lanjutnya. Mengenai persyaratan amdal Komarudin menuturkan sesuai PP No 21 tahun 2014 untuk wisata alam hutan sebenarnya tidak diwajibkan membuat amdal, cukup dengan UKL/UPL saja.

Menurutnya, dalam klausul kerjasama yang dibuat dengan pihak ketiga pengelola wisata hutan pihaknya melarang untuk penebangan pohon. Adapun perobohan pohon hanya dilakukan dalam keadaan darurat apabila ada pohon yang mengancam keselamatan jiwa.

“Biasanya perobohan pohon dilakukan karena pohon sudah terlampau tua dan sudah mau roboh. Itupun dilakukan demi keselamatan jiwa,” ungkapnya. Disinggung mengenai anggapan suhu udara yang berubah akibat alih fungsi hutan menjadi wisata, Komarudin menyatakan udara di kawasan hutan masih tetap dingin.

Terbukti dengan masih banyaknya pengunjung yang menggunakan jaket saat masuk ke kawasan hutan. Karena suhu udara dipengaruhi iklim mikro di kawasan hutan, ketinggian tempat dan iklim makro akibat pemanasan global.

“Kami juga menekankan kepada mitra pengelola wisata hutan untuk mengusung wisata berbasis edukasi dan lingkungan. Selain itu, lewat wisata hutan kami juga jadi bisa mengenalkan fungis dan manfaat hutan secara luas kepada masyarakat,” paparnya.

Sumber : cakrawalamedia.co.id

Tanggal : 27 Agustus 2018