Perhutani Pede Laba Tahun Ini Naik 9 % 

RAKYAT MERDEKA (10/07/2019) | Perum Perhutani percaya diri pasang target laba tahun ini naik 9-9 persen di banding 2018. Asumsi ini  didasari dari hasil capaian perusahaan selama beberapa tahun belakangan yang alami kenaikan laba.

Direktur Utama Perhutani Denaldy  Mulino Mauna mengatakan, pihaknya sukses melakukan transfonnasi bisnis. Tak heran, bila itigi di tahun 2016 sebesar Rp 3573 miliar berhasil dibalik Perhutani  dengan laba sebesar Rp437,6  miliar pada tahun 2017. Sementara di tahun 2018, tercatatlah laba perusahaan naik 49 persen atau mencapai Rp 653,97 miliar.

“Tahun ini kita menarget kan kurang lebih  8-9 persen dibanding tahun lalu. Pada pertengahan tahun ini laba sudah sedikit di baw ah 50 persen,”  kata Denaldy di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, peningkatan laba tersebut, salah satunya  dikontribusikan dari penataan ulang proses produksi olahan kayu sesuai dengan kebutuhan  pasar. Maklum bisnis utama Perhutani saat ini bersumber dari penjualan produk kayu jati. Bisnis lainnya yakni olahan getah pinus.

Bisnis dilakukan, karena  proses penanaman pohon yang tidak memakan waktu lama. Berbeda dengan satu pohon kayu jati setidaknya dibutuhkan pertumbuhan hingga 60-80 tahun.

Selain dua bisnis tersebut, Perhutani juga memiliki bisnis pengolahan minyak kayu putih, pengolahan  sagu, serta ekowisata. Terbaru, pihaknya tengah mempersiapkan bisnis kayu biomassa sebagai basis energi baru terbarukan yang diprioritaskan untuk ekspor.

la menjelaskan, dari aspek profit tanaman biomassa termasuk produk kehutanan yang quick field. Bisa dipanen dalam waktu 2 tahun dan dipelihara trobosannya dan dapat dipanen setiap dua tahun sekali.

Tahun ini kata dia, sudah dapat mulai dipanen tanaman biom assa yang uji coba penanamannya telah  dilakukan pada tahun 2013 di KPH Semarang. “Dari hasil penanaman, rencananya tahun 2025 dapat memproduksi green biomassa  3 juta ton sebagai bahan baku wood pellet. Sementara produksi wood  pellet sendiri pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 2 juta ton.

Sumber : Rakyat Merdeka, hal 14

Tanggal : 10 Juli 2019