TEMPO.CO, Surabaya–Perusahaan badan Usaha Milik Negara, Perum Perhutani, memesan mesin pengolah sagu dari Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS). Mesin itu rencananya akan dipakai untuk pabrik pengolahan sagu siap makan yang akan dibangun Perhutani di Distrik Keys, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua.
“Karena backbone Perhutani adalah membuat tanaman kehutanan dan bukan membuat mesin, maka kami menggandeng ITS,” kata Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto seusai meneken kerja sama dengan Rektor ITS Triyogi Yuwono di lantai II Gedung Rektorat, Selasa, 10 Juli 2012.
Menurut Bambang, pendirian pabrik pengolahan sagu di Papua tersebut untuk menindaklanjuti instruksi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Terkait hal tersebut, kata Bambang, Perhutani telah mengurus semua persiapan dengan masyarakat lokal sampai perizinan ke tingkat kabupaten. “Luasan lahan yang dialokasikan juga telah disetujui pemerintah daerah,” ujar Bambang.
Perhutani menginvestasikan dana Rp 50-70 miliar untuk usaha ini. Sesuai rencana, ujar Bambang, pada Agustus 2013 mendatang pabrik pengolah sagu tersebut akan mulai berproduksi. Ada pun lahan yang disiapkan untuk budidaya sagu ini seluas 17.000 hektar. “Target kami dapat memproduksi sagu olahan sebanyak 100 ton per hari,” ucap Bambang.
Untuk sementara, kata Bambang, sagu olahan itu hanya khusus untuk mencukupi kebutuhan makanan warga Papua. Namun bila produksi meningkat, tidak menutup kemungkinan sagu olahan itu akan dijual ke luar Papua sebagai makanan alternatif pengganti nasi. “Karena tak lama lagi pemerintah akan mengurangi impor beras,” ujarnya.
Triyogi mengatakan, secara teknis permintaan Perhutani dapat dipenuhi. ITS, kata dia, akan membuat mesin yang spesifikasinya sesuai kebutuhan di lapangan. “Sebelum kerja sama dengan Perhutani, kami sudah mencoba mengolah sagu sendiri dengan alat bikinan anak-anak Teknik Kimia,” kata Triyogi.
KUKUH S WIBOWO