Perum Perhutani akan membangun tiga pabrik pengolahan getah karet pada tahun depan di Jawa Tengah dan Jawa Timur senilai 350 miliar rupiah. Rencana ekspansi BUMN pemilik hak pengelolaan hutan ke sektor hulu ini dipastikan setelah berhasil mendapatan pendanaan dari Bank BNI.
“Ada tiga industri hilir kehutanan yang akan kami garap, yakni industri furnitur berskala global dengan nilai 99 miliar rupiah, pembangunan pabrik derivat gondorukem dan terpentin senilai 208 miliar rupiah, serta pendirian pabrik plywood senilai 43 miliar rupiah,” kata Direktur Utama Perhutani, Bambang Sukmananto di Jakarta, Senin (19/12).
Rencananya, 65 persen atau sekitar 225 miliar rupiah dari nilai investasi tersebut akan didanai dari pinjaman perbankan PT Bank Negara Indonesia Tbk, sementara 35 persen sisanya atau 125 miliar rupiah akan menggunakan dana internal perusahan.
Tahun ini, total investasi yang dianggarkan Perhutani mencapai 700 miliar rupiah. “Yang sudah direalisasikan 350 miliar rupiah, ditambah dengan investasi baru ini sebesar 350 miliar rupiah. Jadi, total investasi kami di tahun ini 700 miliar rupiah,” ujar Direktur Keuangan Perhutani ANS Kosasih.
Sementara itu, Direktur Utama BNI Gatot Suwondo menilai dengan adanya ekspansi ke sektor hilir, prospek bisnis Perhutani menjadi sangat tinggi di masa mendatang. Pasalnya, strategi ekspansi ini berdampak pada penambahan nilai (added value) terhadap komoditas yang diproduksi Perhutani ketirnbang hanya menghasilkan bahan baku (kayu gelondongan) semata.
“Pembiayaan ini merupakan tahap pertama dari kerja sarna BNI dengan Perhutani. Kami akan melanjutkan kerja sama ini dengan melihat rencana bisnis Perhutani dalam lima tahun ke depan,” tutur Gatot.
Tingkatkan Pendapatan
Diakui Bambang, pembangunan tiga pabrik baru tersebut bertujuan untuk memenuhi tingginya permintaan pasar ekspor. Mengacu pada hal ini, Bambang mengatakan bakal menggenjot realisasi pembangunan ketiga pabrik barunya itu.
“Target realisasinya masing-masing berbeda. Untuk pembangunan industri furnitur dan derivat gondorukem terpentin membutuhkan waktu sekitar 18 bulan, sementara untuk pabrik plywood memerlukan waktu pernbangunan selama 1 tahun atau sekitar 12 bulan,” bebernya.
Menurut Direktur Industri Kayu Heru Siswanto, strategi pengembangan usaha di sektor hilir ini berpotensi meningkatkan pendapatan Perhutani hingga dua kali lipat. Ia memperkirakan, penjualan industri furnitur sebesar 15 miliar per bulan atau setara 180 miliar rupiah per tahun. “Kalau untuk plywood, sebelum diolah, penjualan kami sekitar 28 miliar rupiah, tapi setelah diolah, nilainya bisa mencapai 40 miliar rupiah,” kata Heru. Nantinya, sebanyak 70 persen hasil pengolahan komoditas plywood akan dijual ke Jepang, sementara 30 persennya akan digunakan untuk memenuhi permintaan pasar domestik. < Fay >
Koran Jakarta/ 20 Desember 2011/h. 11