Perhutani Siap Investasi Rp700 Miliar

Perum Perhutani menargetkan investasi sekitar Rp700 miliar pada tahun ini, yang terdiri atas Rp200 miliar investasi rutin dan sekitar Rp500 miliar investasi pengembangan usaha yang akan berkontribusi pada pendapatan.

Sekretaris Perusahaan Perum Perhutani Hari Priyanto mengungkapkan investasi rutin yang dimaksud termasuk dalam investasi dibidang infrastruktur seperti pembangunan jalan dan jembatan di wilayah Perhutani, hingga perbaikan gedung perkantoran dan pembangunan rumah karyawan.
“Sisanya untuk pengembangan usaha, ini yang nantinya akan berkontribusi pada pendapatan kami. Sekitar Rp500 miliar itu antara lain untuk investasi baru pengembangan pabrik pengolahan gondorukem, juga untuk investasi yang sudah ada seperti peningkatan kapasitas pabrik minyak kayu putih,” terangnya, Rabu (16/1).Selain itu dana Rp500 miliar tersebut juga akan digunakan untuk menambah mesin flooring yang biasa digunakan pada industri kayu. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto mengungkapkan investasi pabrik gondorukem tersebut sudah dilakukan sejak tahun lalu, tetapi masih dalam proses pembangunan hingga saat ini. Sebab itu pabrik pengolahan getah dengan total investasi hingga Rp200 miliar tersebut realisasi penyalurannya menggunakan kas tahun lalu dan kas tahun ini.Dia menambahkan pabrik pengolahan gondorukem di Pemalang itu merupakan yang pertama di Indonesia. Dengan investasi lebih dari setahun (multi-years) pabrik tersebut diharapkan dapat mulai beroperasi pada September 2013 atau Oktober 2013. “Arah kami akan hilirisasi, ada gondorukem, itu getah yang kita ekspor. Nanti kami tidak mau ekspor mentah lagi, tetapi ingin yang sudah diolah. Untuk pabrik gondorukem ini kapasitasnya 30.000 ton bahan baku,” terang Bambang.
Adapun pada tahun lalu Perhutani memperoleh total penjualan Rp3,5 triliun sepanjang tahun lalu. Perolehan tersebut disebut memenuhi target dengan pertumbuhan produksi 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Bambang dari total penjualan tersebut sebagian besar adalah kontribusi produk non kayu atau hasil hutan bukan kayu (HHBK). “Kontribusi 5 tahun lalu 70% masih berasal dari produk kayu, dan 30% non kayu. Sekarang ini hampir sama, bahkan 55% berasal dari produk non kayu, dan sisanya 45% adalah produk kayu. Sekarang kayu kami tidak banyak tebang, akmi simpan,” jelasnya.
Dia melanjutkan perolehan produksi tahun lalu tersebut memenuhi lebih dari 100% target. Sementara untuk tahun ini pertumbuhan ditargetkan mencapai 12%—15%. Adapun produksi tersebut antara lain kontribusi dari hampir 90.000 ton gondorukem, 500.000 ton produk kayu, dan 350 ton kayu putih. Sementara itu, area tanam pada tahun lalu mencapai 50.000 hektare, dengan areal tebang sekitar 4.500 hektare yang menghasilkan volume produksi 800.000 kubik. Rika Novayanti

Bisnis Indonesia hal. 26 :: Kamis, 17 Januari 2013

Share:
[addtoany]