Perhutani Solo Siap Tambah 8 Hektar Hutan Kota

Kepala Kesatuan Pemangku Hutan (KKPH) Perum Perhutani Wilayah Surakarta, Iwan Setiawan Wisnutomo, mengaku siap mendukung program Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk menghijaukan kota. Pemkot Solo, telah bertekad untuk mewujudkan visi penataan kota dengan konsep kota dalam hutan dengan mewujudkan luasan ruang terbuka hijau hingga 30 persen luasan kota, atau sekitar 13,2 meter persegi.
Pihaknya saat ini tengah mempersiapkan untuk melakukan penanaman pohon di dua kawasan di Kota Solo, yakni Taman Balekambang dan Edupark Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). “Di Balekambang seluas 3 hektar dan di UMS seluas 5 hektar,” terangnya saat ditemui Tribun Jogja di Balai Kota Solo, Selasa (27/12/2011).
Pihaknya akan melakukan penanaman sekitar tujuh jenis tanaman khas Kota Solo dengan kerapatan jarak antar tanaman 9 meter persegi atau tiga kali tiga meter. “Jenis tanaman kita pilih yang sesuai dengan karakteristik tempat tumbuh,” jelasnya. Dengan luasan dan kerapatan pohon tersebut, diperkirakan akan ditanam lebih dari 8.800 pohon di dua lokasi tersebut.
Pihaknya juga akan memilih bibit yang bagus dengan ketinggian yang telah mencapai lebih dari 1,5 meter. Pemilihan bibit tersebut dimaksudkan agar peluang tumbuh pohon tersebut tinggi dan mempermudah perawatannya. “Sebagai warga Solo tentunya kita juga ingin program ini sukses. Makanya kita berusaha sediakan bibit seideal mungkin,” lanjutnya.
Wali Kota Solo, Joko Widodo menyatakan pihak Pemkot Solo akan terus berusaha menjalin kerjasama dengan BUMN manapun untuk pengembangan hutan kota dan ruang terbuka hijau. Sebelumnya pihaknya telah menjalin kerjasama dengan Bank Republik Indonesia (BRI) untuk pengembangan hutan kota di kawasan Manahan. “Sekarang dengan Perhutani untuk nggarap Balekambang dan UMS yang di Karangasem,” jelasnya.
Kerjasama dalam bentuk Corporate Social Responsibilities (CSR) BUMN tersebut mencakup penanaman pohon, hingga pemeliharaan pohon-pohon tersebut ke depannya. Dirinya lebih mengutamakan pengembangan hutan kota yang terfokus pada satu titik daripada pengembangan yang tersebar namun tidak terealisasi. “Sedikit, tapi fokus. Genah dadi. Dari pada semlebar tapi ra ono ambune,” pungkasnya.

Tribun Jateng – Selasa, 27 Desember 2011 13:14 WIB

Editor : budi_pras

Share:
[addtoany]