Peringati Sumpah Pemuda, Hammockers Jawa Barat Gaungkan Pesan Nasionalisme dan Sadar Kawasan

PIKIRAN-RAKYAT.COM (29/10/2018) | Jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu.

Pesan moral tersebut terus dikampanyekan kepada para petualang yang menggemari kegiatan di alam bebas. Tidak terkecuali oleh Administratur Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara Komarudin.

Dia menyampaikan pesan itu kepada para pemuda dan pemudi yang memperingati Hari Sumpah Pemuda di wanawisata Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Minggu, 28 Oktober 2018.

“Saya berharap, ada satu sumpah lagi yang dinyatakan, di mana pemuda dan pemudi ini bersedia bersumpah untuk menyelamatkan hutan dan lingkungan,” kata Komarudin, di sela acara Nggasabar Vol.2 tersebut.

Dalam acara tersebut, ratusan hammocker dari berbagai komunitas dan daerah di Jawa Barat melakukan upacara serta menyatakan ikrar sumpah pemuda. Berbagai kegiatan turut digelar, seperti perlombaan, diskusi, pembacaan sajak, pentas tari, teater, dan lain-lain.

Menurut Komarudin, hutan memiliki peran yang sangat strategis di dalam kehidupan, yakni sebagai support life system atau penyangga kehidupan manusia. Hutan bisa memberikan oksigen buat manusia, dan menyerap air untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Nah, pencinta alam itu kan kadang berbeda-beda. Ada yang ikut menjaga lingkungan, tapi ada juga yang lalai, seperti membuang sampah sembarangan atau iseng mencari kayu bakar dari pohon yang masih berdiri. Terkadang juga ada yang membuat api, tapi lupa memadamkannya,” katanya.

Padahal, lanjut dia, api unggun yang tidak dipadamkan cukup berbahaya karena dapat menimbulkan kebakaran hutan. “Ini selalu kami ingatkan, agar mereka membawa kayu atau mencari ranting yang sudah jatuh. Harus dipastikan pula, apinya sudah mati kalau akan ditinggalkan. Jangan lupa membawa sampahnya juga,” ujarnya.

Pesan nasionalisme

Ketua Hammockers Jawa Barat Muhammad Anggit menuturkan, kegiatan tersebut digelar berkat kerja sama dengan Perhutani dan Eiger (PT Eigerindo Multi Produk Industri). Dalam kegiatan tahunan yang kedua itu, pihaknya ingin mengangkat pesan-pesan nasionalisme.

“Kebetulan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, jadi kami mengangkat tema nasionalisme. Selain camping dan hammocking, di sini juga diadakan fashion show baju-baju perjuangan,” katanya.

Dia menyebutkan, kegiatan yang jadi ajang silaturahmi para hammocker Jabar tersebut diikuti oleh sekitar 200 orang dari berbagai daerah. Ada pula peserta dari Jakarta, Jawa Tengah, bahkan mancanegara.

Anggit menyatakan, dalam kegiatan itu juga diadakan sharing session bertema sadar kawasan. Pasalnya, seringkali para petualang asal memasuki suatu wilayah, padahal terdapat pembatasan zona tertentu.

“Wilayah cagar alam, misalnya, cuma boleh dimasuki untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Nah, saat ini teman-teman kita itu ada yang masih belum sadar dengan hal itu, jadi asal masuk saja,” katanya.

Tren hammocking yang ramai di Indonesia sejak 2016, imbuh dia, juga perlu memerhatikan unsur keamanan. Dengan alasan tersebut, maka ditiadakan kegiatan membikin hammock tower.

“Untuk hammock tower, kami memiliki standarnya. Ketika memasang hammock bertingkat, pengamannya itu harus dibikin terlebih dahulu, dengan alat-alat tertentu. Itu demi keamanannya,” ucapnya.

Sumber : pikiran-rakyat.com
Tanggal : 29 Oktober 2018