Perkenalkan “Sastra Hijau”

PERHATIAN terhadap kelestarian lingkungan dan hutan tidak sekadar menanam pohon atau menjaga alam. Namun, lebih dari bisa dilakukan dengan menulis karya sastra. Sebab, menurut cerpenis ternama Soesi Sastro, dengan menulis bisa menggugah seseorang untuk lebih peduli, terutama untuk kalangan pelajar dan mahasiswa. ”Mereka tidak sekadar diajak menanam pohon bersama atau menjaga agar tidak merusak hutan. Dengan menulis, saya pikir seseorang bisa lebih menghayati pentingnya kelestarian alam,” kata Soesi saat memberi pelatihan menulis di KPH Perhutani Pekalongan Barat, barubaru ini.
Penulis yang memiliki nama lengkap Susetyaningsih ini menambahkan, potensi menulis bagi anak muda sangat besar. ”Memang perlu mendapat pelatihan, terutama untuk menulis soal lingkungan. Imajinasi mereka perlu digugah dan diasah, apalagi di Tegal ini kondisi hutannya masih cukup bagus. Untuk wahana pelatihan sekarang ini sudah cukup banyak tempat untuk belajar menulis.” Menggugah Semangat Dia yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Komunikasi Perhutani Pusat ini sedang mengenalkan penulisan ”Sastra Hijau”.
Menurut alumnus Institut Pertanian Bogor tahun 1992 ini, menggugah semangat menulis bagi kalangan remaja dan pelajar itu cukup strategis untuk mendukung upaya pelestarian hutan. ”Seperti ketika seseorang melihat hutan yang masih hijau atau ada tindakan yang merusak lingkungan, maka dengan imajinasi itulah yang dituangkan dalam tulisan. Dari proses itu, akan muncul gagasan entah dalam bentuk puisi atau cerpen,” papar Soesi. Untuk model pelatihan menulis Sastra Hijau sudah ia lakukan tiap tahun. ”Kali ini sudah tahun kedua dan respons dari peserta sangat bagus,” ujarnya. (Dwi Ariadi-74)
Sumber  : Suara Merdeka
Tanggal  : 30 Januari 2015