Direktur Utama Perum Perhutani Dr.Ir.Bambang Sukmananto,MSc mengakui selama ini Perum Perhutani kurang melirik pendapatan dari sektor non kayu. Padahal pergeseran pendapatan dari sektor non kayu ini cukup signifikan dari sebesar 35% tahun 2009 menjadi 40% atau Rp957,3 miliar di tahun 2010.
“Jadi selama ini banyak produk-produk alam yang sekarang itu sangat laku, tapi memang maaf..selama ini Perhutani tidak fokus kesana karena fokusnya jati. Nah sekarang ini dia akan menggeser dan itu, sangat penting karena kita punya banyak produk alam yang berkualitas tinggi,” jelas Dirut Perum Perhutani Bambang Sukmananto kepada Wartawan di Cepu Bojonegoro Jawa Tengah, Kamis (26/4).Bambang Sukmananto mencontohkan untuk produk minyak kayu putih yang dimiliki Perhutani kualitasnya lebih unggul daripada yang ada di Maluku karena kadar sinoelnya sangat tinggi. Selain itu untuk Lak (Lak adalah hasil sekresi kutu lak atau dalam bahasa latin disebut Leccifer lacca, dibudidayakan di ranting pohon kesambi dan inang) juga akan terus dikembangkan karena harganya mahal.
“Itulah hebatnya Lak ini hanya ada di Probolinggo ditempat lain tidak bisa, lah kita punya potensi yang begitu ya kita akan kembangkan,” ujar Bambang bersemangat.
Perum Perhutani telah menghasilkan produk kimia hutan (Forest Chemical Products) berupa Gondorukem dan Terpentin. Produk Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil destilasi getah Pinus yang berkualitas tinggi. Produk lain yang masuk kedalam kategori ini adalah: kopal, minyak kayu putih, lak, minyak ylang-ylang dan sebagainya. (WDA)
(Editor : Waddi Armi)
rri.co.id ::: Jumat, 27 April 2012