Perum Perhutani mendukung peningkatan produksi pangan nasional. Melalui Gerakan Peningkatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), Perhutani melakukan upaya optimalisasi lahan basah dan kering. GP3K Perum Perhutani sebenarnya berawal dari intensifikasi di areal tumpang sari di dalam kawasan hutan. Namun atas pertimbangan optimalisasi produksi, lahan yang digunakan meluas keluar kawasan dalam radius 1 hingga 5 kilometer. Target GP3K tahun 2011 adalah 570 ribu hektare tanaman padi, 174 ribu hektare jagung, dan 125 nbu hektare kedelai.
Dari total target tersebut. Perum Perhutani Unit III Jabar-Banten berencana menanam padi dan jagung di wilayah kerjanya, di atas lahan seluas 38.575,02 hektare. Dengan rincian tanaman padi dalam kawasan seluas 16 228,97 hektare dan luar kawasan 9.526,05 hektare. Sedangkan tanaman jagung mencapai 12.820 hektare, meliputi dalam kawasan 1.746 hektare dan luar kawasan 11.074 hektare. Hingga September ini, lahan siap tanam mencapai 1.487,7 hektare yang tersebar di 8 Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di lingkup Perhutani Unit III.
Menurut Kepala Unit Perum Perhutani Unit III Jabar-Banten, Ir. Bambang Setiabudi, target produksi GP3K di wilayah Perhutani Unit III untuk komoditas padi 161.722 ton dan jagung 64.100 ton. Usaha mewujudkan ketahanan pangan nasional sejatinya merupakan langkah yang tak dapat ditawar. Pasalnya, selain untuk mengantispasi lonjakan harga pangan akibat krisis pangan dunia, ketahanan pangan juga diharapkan dapat menjawab kebutuhan pangan dalam negeri yang terus meningkat. “Sembilan limapuluh persen masyarakat Indonesia bergantung pada beras. Dan konsumsi beras setiap tahunnya meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi critical issue, dan ini menjadi tanggung jawab para pemimpin, baik pemerintah, BUMN maupun tokoh masyarakat untuk menuju swasembada pangan nasional,” kata Bambang, seraya menambahkan guna menyukseskan GP3K, Perhutani Unit III mencanangkan penanaman bersama program GP3K di atas lahan seluas 4.045 hektare, di Kampung Sela Cai, Desa Lingga Jati, Kec. Suka Ratu, Kab Tasikmalaya, Rabu (28/9).
Menurut Administratur KPH Tasikmalaya Ir. Jejen, MM, meski telah menggarap sawah Desa Pangkuan Hutan seluas 12.000 hektare, dengan adanya GP3K, kelompok tani, khususnya petani hutan, yang ada di KPH Tasikmalaya akan semakin diuntungkan “GP3K dapat meningkatkan produktifitas sekaligus mempercepat penerapan teknologi produksi padi dan jagung oleh petani anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan,” tuturnya. Perlu diketahui, meski bukan merupakan core bisnis, pengadaan pangan sudah dilakukan Perum Perhutani bersama kelompok tani hutan yang bekerjasama dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) sejak tahun 2001. Petani menanam tanaman pangan dengan teknik tumpang sari di bawah tegakan. “Pemanfaatan lahan hutan untuk pengadaan pangan sejalan dengan orientasi pengelolaan hutan berbasis pembangunan Food Energy dan Water (FEW) yang dilakukan Perhutani,” kata Bambang.
Manfaatnya kerjasama penanaman tanaman pangan pun dapat dirasakan masyarakat. Akumulasi hasil panen tanaman pangan berupa padi, jagung, dan kacang-kacangan mengalami peningkatan. Saat tidak diadakan kerjasama (2010), hasilnya mencapai 80.629 ton, sedangkan ketika kerjasama menghasilkan 102.128 ton. Total hasil panen yang diterima masyarakat mencapai 255.660 ton. Jika dikonversi ke dalam rupiah, nilainya mencapai Rp 204 miliar.
Nama Media : PIKIRAN RAKYAT
Tanggal : Rabu, 28 September 2011, Hal. 23
Penulis : ME
TONE : POSITIVE