Perum Perhutani Terus Genjot Pendapatan dari Nonkayu

Perum Perhutani telah ditunjuk sebagai holding company bagi semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor kehutanan, mulai dari Inhutani I hingga V. Walaupun bergerak di sektor kehutanan yang identik dengan kayu, namun Perum Perhutani ternyata memiliki beragam produk nonkayu yang sekarang ini sedang dikembangkan. Hal ini sejalan dengan proses hilirisasi yang sedang dijalankan oleh BUMN ini.
Di nonkayu, Perhutani memiliki produk-produk yang diserap, baik oleh perusahaan dan konsumen akhir. Ada produk chemical yang produknya beragam mulai dari gondorukem, terpentin, minyak kayu putih, dan lainnya. Lalu, ada juga kopi, wisata, dan sebentar lagi ada sagu yang pabriknya sedang digarap di Sorong, Papua Barat. Sekarang ini, pembangunan pabrik sudah mencapai 75% dan menurut rencana di semester I tahun ini sudah bisa beroperasi. Nantinya, diharapkan produk-produk nonkayu ini akan menyumbang pendapatan terbesar bagi Perhutani.
“Sebelumnya, perlu digaris bawahi bahwa pengelompokkannya bukan hulu dan hilir, namun antara kayu dan nonkayu. Untuk kayu yang nonindustri atau jualan kayu saja itu kontribusinya 30%. Tapi, bila kayu digabung dengan industri kayu itu menyumbang 48%. Sisanya, yang 52% itu pendapatan dari nonkayu yang terdiri dari wisata, agro, madu, kopi, chemical. Target kami, nonkayu harus lebih besar lagi sumbangannya pada pendapatan perusahaan,” kata Mustoha Iskandar, Direktur Utama Perum Perhutani.
Mustoha menambahkan bahwa di nonkayu, juga akan mengembangkan produk daging sapi dengan skema silvopasture, yaitu kombinasi antara ternak dengan hutan. “Potensi pasar daging itu,kan, besar, kenapa tidak kita siapkan sendiri tanpa harus impor,” tegasnya.
Selain itu, Perhutani pun sedang menyusun strategi untuk membesarkan potensi pendapatan dari pariwisata. Tentunya, hal ini beralasan lantaran wilayah kerja Perhutani itu berupa hutan yang ada dari ujung Banten hingga Banyumas. Alasan lain, pemerintah sekarang sedang menggenjot industri pariwisata yang ditargetkan pada tahun 2019 ada 20 juta wisatawan asing yang datang ke negeri ini. “Tentunya, kami akan bermitra dengan semua pihak yang bergerak di industri pariwisata. Namun, industri kayu tetap kami kembangkan secara bertahap,” jelas Mustoha lagi.
Bagaimana strategi distribusi untuk produk-produk yang bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat? Menurut Mustoha, Perum Perhutani memiliki kantor cabang di hampir setiap kabupaten di Pulau Jawa. Tempat-tempat inilah yang sekarang ini menjadi channel distribusi. Sederhananya, ada sebagian ruang dari kantor-kantor cabang itu yang disulap menjadi tempat display produk-produk kami.
“Kami memang belum berencana terjun langsung ke pasar ritel dan bersaing head to head dengan produk-produk consumer good yang sudah ada di pasar dengan masuk ke minimarket, hipermarket dan sebagainya. Belum sampai ke situ, mungkin suatu saat nanti, kalau perlu buat outlet semacam minimarket khusus produk Perhutani,” tegas Mustoha.
Sumber  : marketeers.com
Tanggal  : 4 Pebruari 2015

Share:
[addtoany]